Liam dan Valo, sepasang kakak dan adik yang sejak kecilnya hidup di jalanan tanpa mengenal siapa orang tua mereka. Memiliki perbedaan usia yang tidak terlalu jauh, yakni hanya terpaut dua tahun.
Liam ingat betul, sejak usianya menginjak sepuluh tahun. Ada sepasang suami–istri yang mengadopsi mereka, sepasang suami istri yang terlihat seperti keluarga kaya raya. Ketika istri dari pria kaya raya melihat kondisi Valo, ia langsung memeriksa tubuhnya. Betapa terkejutnya saat ia tahu bahwa Valo sedang demam tinggi. Ia mengatakan pada Liam, bahwa ia dan suaminya akan membawa Valo ke rumah sakit agar mendapat perawatan yang intensif. Liam yang saat itu tidak bisa berbuat banyak, hanya mengangguk dengan tatapan polosnya.
Sepasang suami–istri kaya raya tersebut membawa Valo ke rumah sakit sesuai dengan ucapan mereka, tak lupa untuk mengajak Liam ikut serta. Mereka segera naik ke dalam mobil pribadi tersebut. Valo yang berada di dalam gendongan si istri pria tadi, sedangkan Liam duduk di samping seraya tangan mungilnya menggenggam jari jemari milik sang adik.
"Tidak usah khawatir, adikmu akan baik–baik saja." Ucapnya kepada Liam.
Liam kecil masih tetap diam dan setia memandangi sang adik.
"Omong–omong... namaku Hanes dan istriku Valerie. Siapa namamu dan juga adikmu, Nak?" Tanyanya.
"Namaku...? Aku tidak tahu siapa namaku, aku juga tidak tahu nama adikku." Jawabnya dengan suara khas anak seusianya.
Kedua sepasang suami–istri tadi saling tatap, kemudian sang istri berucap "Bagaimana kau memanggil adikmu, jika kau tidak tahu namamu dan adikmu?" Liam tampak berpikir keras untuk menjawab pertanyaan tadi.
"Begini saja. Bagaimana kalau kau dan adikmu, aku panggil dengan nama Liam dan Valo?" Binaran tampak terlihat dari netra indah milik Liam.
"Kau senang?" Pertanyaannya dijawab oleh anggukan penuh semangat dari Liam.
•••
Saat ini mereka semua sudah sampai di rumah sakit, Valo segera dibawa ke ruangan instalasi gawat darurat untuk mendapat pertolongan dan menunggu dokter untuk melakukan pemeriksaan. Setelah dokter menyatakan bahwa Valo harus di rawat, saat itu pula mereka langsung membawa Valo ke kamar perawatannya. Tangan kirinya terdapat selang infus, sedang tangan kanannya digenggam erat oleh sang kakak.
"Adikku, maksudku Valo. Kapan dia bisa pulang?" Ujarnya, membuat Nyonya Valerie yang ada di ruangan segera menghampirinya.
Mengelus surainya yang halus, padahal Liam dan adiknya hidup di jalanan juga tampak tak terurus dengan baik. "Tidak akan lama, setelah adikmu benar–benar sembuh pasti dia boleh pulang."
"Oh ya, kalau boleh tahu... di mana rumah kalian?" Lanjutnya, kali ini dengan nada yang sangat hati–hati.
"Aku dan adikku, tidak punya rumah. Kami sudah hidup di jalanan saat masih kecil."
"Nak, tinggal dengan kami ya?" Serunya pada Liam, bermaksud menawarkan tempat tinggal sekaligus ingin mengadopsi kedua anak tersebut.
"Sampai sekarang, kami masih belum dikaruniai anak. Mau ya, tinggal dengan kami?" Terdapat permohonan dalam kata–katanya.
Liam terdiam sejenak, lalu menghadap sang adik. Kemudian kembali menatap Nyonya Valerie untuk kedua kalinya. "Iya, kami mau." Untuk pertama kalinya, Liam merasakan pelukan kasih sayang dari seorang ibu.
•••
【Tujuh Tahun Kemudian】
Liam kini berusia tujuh belas tahun, dirinya tumbuh menjadi sosok lelaki yang tampan. Menjadi sosok yang disukai oleh semua gadis yang ada di sekolahnya maupun di luar sekolahnya. Tampan, memiliki sorot mata yang tajam namun tegas secara bersamaan, serta postur tubuhnya yang tinggi yaitu 190 cm.