"Abang Rial. Temui aku di tempat kita pertama kencan ya. Penting banget."
Gue senyum-senyum sendiri membaca chat WA dari Helen Amelia. Gadis yang gue pacari sejak 4 atau 5 tahun lalu. Gue lupa tanggal jadiannya. Yang pasti, gue nembak dia semester awal.
Banyak teman-teman gue nyeletuk, "itu pacaran atau kredit motor? Lama amat. Sampai lima tahun."
Buat kalian yang julitin gue, tenang tahun ini juga bakal gue kirimin undangan. Yup, gue emang bertekad melamar Helen tahun ini. Selain ingin membelikan sesuatu buat Mamak dan Sahrani, kalau menang TAT season 2, hadiahnya sekalian gue beliin cincin dan syukuran tunangan kecil-kecilan. Gue berharap hadiahnya cukup untuk mencapai semua keinginan gue.
Buru-buru gue ganti baju. Gue sempat bingung memakai baju apa ya? Akhirnya pilihan gue tertuju ke kemeja kotak-kotak warna merah marun. Baju ini pemberian Helen juga waktu gue ulang tahun ke 23. Dia pasti senang pemberiannya masih gue pakai sampai sekarang.
Sebelum pergi, nggak lupa gue memakai minyak rambut dulu biar rapi. Setelah wajah gue terlihat ganteng di cermin, gue keluar kamar. Perpapasan sama Sahrani.
"Widih, rapi bener, Bang. Mau ke mana? Ngedate sama Kak Helen ya? Aku ikut dong."
"Idih, ogah. Nanti kau ganggu kami pacaran. Lagipula kau nanti bete gara-gara jadi obat nyamuk."
Sahrani memanyunkan bibir. "Ih, Abang Rial jahat. Mentang-mentang aku masih jomlo."
"Makanya buruan punya pacar. Baru gue ajakin ikut. Biar kita double date."
"Aku aduin ke Mamak loh."
"Aduin aja. Mamak kan udah merestui aku sama Helen."
Seketika gue teringat obrolan pertama kali setelah gue mengenalkan Helen ke Mamak.
"Lu suka ya sama gadis itu?"
Gue tersipu malu. "Kok Mamak tau sih?"
"Ya taulah. Kan Mamak yang ngelahirin lu. Mata lu itu beda ketika natap dia. Terpancar jelas warna cinta di mata lu."
"Mamak merestui nggak aku sama dia?"
"Rial, dengerin Mamak ya. Mamak itu pengennya lu jodoh sama gadis Batak saja. Lu kan tau Batak sama Minang itu sama-sama kuat di adat. Batak menganut patrilineal sedangkan Minang menganut matrilineal. Ribet kalau bersatu. Mesti melakukan prosesi beli marga dulu. Belum lagi Batak dan Minang karakternya sama-sama dominan. Nggak baik kalau berumah tangga sama-sama kuat. Namun, kalau Rial yakin mampu mengalahkan semua itu, ya Mamak bisa apa? Selain merestui. Mamak cuma ingin lu bahagia. Lagipula Helen orangnya baik, sopan, lembut, jago masak kesukaan lu pula. Ingat lu juga harus siap-siap patah hati menghadapi jika pihak keluarga Helen nggak merestui hubungan kalian."
Mamak ceramah panjang kali tinggi kali lebar. Namun, hati gue yakin cinta gue ke Helen bisa mengalahkan segalanya. Maka dari itu gue tetap menyatakan cinta ke Helen.
Gue celingak-celinguk mencari Mamak.
"Mamak mana, Ran?"
"Nengok sawah atau kebon kali."
"Oh. Ya sudah, nanti kalau Mamak nanyain aku, bilang aja kencan sama Helen."
"Oke, siap. Imbalannya bawain makanan ya."
Helen itu orang Pekanbaru. Nggak tau kenapa Mamak langsung suka dengan dia pertama kali gue kenalin. Mungkib karena Helen gadis berjilbab dan sopan ke orang tua.
Gue pun pergi meninggalkan Sahrani.