6 Pintu Rumah

Lilyandra
Chapter #3

Kembali

Wajah papanya yang teduh menampilkan kasih sayang yang besar sangat hangat. Senyum terukir di wajahnya menambah kharismatik.

"Aku tak tau apakah aku bisa mengingat memori tubuh ini atau aku tetap tidak akan mengingat dan menjalani hal yang baru."

"Ma, pa, mungkin aku tidak bisa mengingat atau mungkin akan telat menyadari kalian, lihatlah aku, aku masih terbaring lemah aku hanya menyusahkan kalian, aku juga tak bisa berjalan untuk sekarang, bukankan akan merepotkan?" Entah kenapa aku banyak bertanya, mungkinkah karena selama ini aku selalu diabaikan? Atau hanya sebagai timbangan yang menilai keadilan?.

Altera memperhatikan reaksi dari kedua orang tuanya yang sekarang. Walau sulit untuk mengakui tapi inilah yang Altera harus terima dan jalani. Ekspresi yang seakan berkata bahwa "aku bangga memiliki anak sepertinya, "

Tanpa diucap Altera langsung menangis, Al pandai membaca ekspresi bahkan wajah yang paling terlihat jelas adalah wajah Ardan, ia menggeleng dengan kuat. Altera menangis tapi ia juga tertawa kecil saat melihat Ardan. Ia sudah tau apa jawabannya.

"Kami tak merasa direpotkan, kita jalani sama sama ya sayang, kita semua harus siap segala situasi dan untuk proses kesembuhanmu."

Papa mendekati ranjang Altera, secara spontan tubuh Altera menolak, kepalanya menunduk seolah ia sangat takut. Altera sekilas terbayang tentang ia diperlakukan sangat jahat oleh papinya. Papa Altera pun kembali ke tempat ia berada, lalu ia mengeluarkan barang yang ia bawa tadi. Papa membawa tote bag

"Papa gak tau apa Al masih ingat ini atau tidak."

Papa membuka isi dari tote bag ternyata isinya boneka beruang berwarna putih dengan lonceng serta pita merah yang terikat di lehernya, putih yang bersih terlihat sangat lembut, berukuran sedang, sangat imut dan manis. Mata Altera tertuju pada boneka itu lalu tersenyum bahagia ia melihat boneka beruang lalu menatap lagi papanya tanpa menghilangkan senyumannya.

"Boneka? Aku ingin sekali punya boneka."

"Terimakasih papa, Altera sangat suka, boneka itu sangat manis dan lucu"

Papa berjalan mendekat, ia masih ragu mungkin akan ada penolakan dari Altera tapi ternyata tidak, Altera mengulurkan tangannya lebar lebar menyambut hadiah pemberiannya. Senyuman merekah di bibirnya dan helaan nafas lega pun ikut bersama. Tubuhnya yang masih terbaring lemah itu tersenyum dengan indah.

"Sayang, kamu menginginkan boneka ini dari papa setelah hari kemenanganmu setelah perlombaan IPA kemarin namun sayang karena papa sibuk, papa belum sempat untuk pulang."

"Aku memintanya? Apa itu pernah terjadi ya? Tapi aku sangat senang, aku tak perlu lagi menjadi anak yang hanya diam di sudut ruangan kini aku punya teman lucu" Aku memeluk boneka putih ini dengan gemas.

"Aku beri nama kau Gembul." Altera meremas pipi boneknya dengan gemas, ia pun langsung memeluknya.

Tanpa sadar Altera memperlihatkan sisi kekanak-kanakan yang selama ini ia jaga. Ia langsung sadar dan mematung.

Altera membalikkan bonekanya dan...

Lihat selengkapnya