Sinar mentari memasuki ruangan, cahayanya yang terang membawa kehangatan, pagi ini Altera pulang dari rumah sakit. Setelah dinyatakan pulih, papa dan mamanya sangat bersemangat untuk membawa putrinya kembali ke rumah. Tapi sebelum Altera pulang, Altera harus melakukan penyembuhan dulu pada kakinya dan kepalanya, ia harus belajar berjalan lagi. Belajar berjalan pertama setelah terbaring satu harian membuat kaki Altera kaku dan masih sulit digerakkan, makanya yang pertama ia lakukan adalah melatih ototnya, mereka semua ada disana dan menemani Altera. Setelah selesai, mereka pun kembali ke ruangan untuk persiapan pulang
"Akhirnya kita bisa pulang ya." mama merapikan pakaian yang ada di laci dan barang barang yang diabawa dari rumah.
"Ukh.. iya ma, Ardan jadi kangen Jerry." Ardan meregangkan tubuhnya setelah bangkit dari sofa.
"Jerry? Tikus?" kata Altera
"Eh bukan, Jerry itu kucing Anggora kesayangan kakak, Al pasti senang liatnya, Jerry juga kangen tuh sama Al."
"Hahaha, namanya lucu, padahal dia kucing tapi kenapa namanya Jerry."
Mama dan Ardan senang melihat Altera tertawa lepas.
"Haha.... terus kalau kakak pelihara tikus, namanya Tom gitu? " Altera masih tertawa.
"Nah iya, Al benar, kakak juga punya pelihara tikus namanya Tom, kamu pintar sekali... "
Ardan mencubit pipi Altera karena gemas.
"Huh, ini pipi tau bukan boneka."
Altera memajukan bibirnya dengan manja dan mengelus pipinya yang ia rasa masih terasa nyeri.
Semuanya hanya tertawa karena berhasil buat Altera merajuk.
“Utututu, adik kakak, kasihan banget sih” Ardan ingin mengganggu Altera lagi tapi tangannya di tepis oleh Altera.
“Stop ini bukan Mochi ya.” Pipinya terasa sangat panas
“Oke-oke santai… kakak minta maaf ya” kata Ardan
“Hm..” satu kata singkat dingin tapi sebenarnya Altera merasa malu, ia tak pernah dicubit pipinya begini karena marasa gemas, ingin sekali ia berlari jauh karena malu, tapi ia tetap masang wajah yang biasa saja.
Perjalanan kembali pulang sudah dipersiapkan, aku naik kursi roda yang di dorong kak Ardan aku mengelus lembut boneka pemberian papa. Awalnya kak Ardan ingin menggendong ku untuk duduk di kursi roda, tapi ternyata papa membuatku sangat tersentuh mendengar izin papa.