6 Pintu Rumah

Lilyandra
Chapter #6

Masakan

"Al, um.. maaf nih gue bukan gak mau lama lama disini, gue ingin tetap disini temani lo tapi… gue harus jalani les privat piano, gue harus ikutin lagi, karena sebentar lagi gue akan tampil. " Kata Alexa.

"Ah begitu, gak masalah Alexa, kau bisa pergi kok, semangat ya kau pasti bisa, lakukan yang terbaik" Aku tak tau harus bertindak gimana, aku juga bingung harus melakukan apa kepada mereka.

"Aku juga tidak bisa lama lama Al, aku juga harus ikutin les lukis, kemarin aku sudah bolos 3 hari karena aku gak kuat dengar kau sakit, aku tak mau masuk les karena itulah papa marah dan menyuruhku untuk tetap ikut les lukis setelah ini. " Arumi pun demikian

"Tidak apa apa, kalian punya mimpi masing masing, kalian harus lakukan yang terbaik, maaf... kalau aku tidak bisa merespon seperti yang kalian kenal, aku.. masih bingung. " Kata Altera.

"Tidak apa apa Al, kami paham kok." Kata Alexa.

"Iya kami paham bagaimana kau mencoba menyesuaikan diri dengan kami, apalagi kau hilang ingatan, kami sangat paham"

Aku terharu melihat mereka yang memahamiku, aku senang di perhatikan bahkan dipahami seperti ini.

"Terimakasih, kalian sudah mencoba memahamiku." Mereka berpelukan perpisahan, setelah itu Alexa dan Arumi pulang.

“Sekarang kamar sudah kembali sepi dan sunyi, aku jadi merindukan kehangatan juga keramaian tadi.”

Tangannya memainkan selimut yang ia kenakan, pikirannya masih kalut, wajahnya kembali murung. Altera memandang seisi kamar dan tertuju pada laci yang ada di sebelahnya.

“Katanya disini kamar yang tak terpakai kan? Apa aku lihat aja ya di dalam laci ini ada apa, mungkin aku bias dapat petunjuk dari barang yang ada disini”

Al membuka salah satu laci yang ada disebelahnya, ada sebuah foto. Foto dirinya yang membaca buku.

"Dia sangat cantik ya, ataukah aku bisa berkata dia adalah aku?" Altera menatap foto.

"Lihatlah senyumannya itu, benar benar bahagia, sangat tulus dan tak ada topeng." Jemarinya mengelus bingkai kaca.

Altera masih melihat foto lalu Ardan masuk, Ardan melihat Al yang memandangai fotonya.

"Itu foto yang diambil saat kau duduk di bangku SMP, kau meminta kami untuk mengajakmu ke perpustakaan pusat, jadi itu adalah foto yang papa abadikan." Ardan berdiri di sebelahnya.

Lihat selengkapnya