Hari ke 1
Seorang wanita paruh baya menangis tersedu didampingi putranya yang terus melangkah cepat mengikuti brankar yang didorong oleh beberapa perawat menuju instalasi gawat darurat di sebuah rumah sakit khusus perawatan jantung paru.
Di atasnya terbaring seorang gadis terlihat sangat pucat hampir membiru dan seorang dokter yang sedang melakukan tindakan CPR (Cardiopulmonary resuscitation) terhadap gadis tersebut.
"Epinefrin satu milimeter melalui infus tiap tiga menit" seru salah seorang dokter kepada perawat.
"Intubation" seru dokter tersebut, kemudian segera melakukan tindakan intubasi dengan dokter lain tetap melakukan CPR.
Perawat lainnya tengah memasang monitor pasien.
"Defibrillator" seru dokter tersebut.
Setelah semua siap, dengan aba-aba dokter alat kejut jantung tersebut ditempelkan di dada si gadis.
Tampak begitu mengerikan saat tubuh lemah gadis itu tersentak lalu kembali terbaring lemah. Hingga wanita paruh baya itu tak kuasa menyaksikannya dan menyembunyikan wajahnya di pelukan sang putra.
tut tut tut
Monitor pasien menunjukkan kembalinya detak jantung gadis tersebut.
Kelegaan tergurat di wajah dokter dan para medis yang menangani gadis itu.
Pun demikian dengan wanita paruh baya dan putranya yang sejak tadi nampak begitu cemas akan keadaan gadis tersebut.
"Bintang, apa yang terjadi pada Kyra? Bagaimana bisa Kyra mengalami serangan jantung? Ingat, kau sendiri yang berjanji akan menjaga Kyra sampai aku mendapatkan donor untuk Kyra" cecar dokter yang baru saja menangani Kyra, dokter Hilal.
"Aku tidak tahu bagaimana kejadiannya. Aku hanya mendengar suara jatuh, dan mama berteriak histeris saat pertama kali menemukan Kyra sudah tergeletak di lantai kamarnya" jelas Bintang.
"Apa keadaannya buruk?" lanjut Bintang merujuk pada keadaan Kyra.
Hilal mengangguk, meski dia lega Kyra kembali namun tidak memungkiri ada kecemasan di balik sikap Hilal.
"Jika terlambat sedikit saja, mungkin Kyra tidak akan selamat" Ujar Hilal lirih.
"Kak, kamu bilang Kyra bisa selamat jika Kyra mendapatkan donor jantung bukan? Apa Kak Hilal sudah mendapatkannya?"
"Mendapatkan donor jantung tidak semudah yang kamu bayangkan, Bintang"
"Apa masalahnya? Yang penting golongan darahnya sama, 'kan?"
"Bukan sesederhana itu prosedur untuk mendapatkan donor jantung. Ada faktor lain juga yang melalui tahap uji kecocokan recipient dengan pendonor. Ada antrian daftar tunggu prioritas untuk organ yang sama. Belum lagi masalah ijin wali keluarga si pendonor, Bintang"
"Apa tidak ada cara lain? Apa Kyra tidak bisa diselamatkan?"
"Kamu tenang saja, Bintang, Kyra sudah aku masukkan ke daftar tunggu prioritas, doakan saja Kyra segera mendapatkan donor jantung yang cocok"
Bintang mengangguk lemah.
"Kyra akan dipindahkan ke ruang rawat inap setelah kondisinya stabil. Lebih baik Kyra tetap dirawat di rumah sakit. Jadi kami bisa memantau perkembangannya hingga donor jantung yang tepat sudah tersedia. Selain itu, Kyra harus dalam keadaan stabil dan dinyatakan cukup sehat untuk dilakukan tindakan transplantasi jantung"
"Tapi aku dan mama tidak bisa terus menemaninya, Kak"
"Kamu tenang saja ada tenaga medis kami sangat berkompeten dan akan terus memantau kondisi Kyra. Mungkin nanti akan aku carikan perawat yang khusus menjaganya"
"Terima kasih, Kak"
Hilal mengangguk, senyum tipis menghiasi wajah tampannya, lalu ia meninggalkan Bintang setelah menepuk bahu Bintang sebanyak dua kali.
Bintang hanya terdiam menatap sendu gadis yang baru saja hampir dijemput oleh maut. Dalam hati ia memanjatkan syukur masih bisa menyelamatkan sekali lagi hidup Kyra.