612 Hours

Dya
Chapter #2

The Secret of Destiny

Hari ke 3

Seperti hari sebelumnya, Kyra masih juga belum sadar. Bagi Linggar, Kyra kini adalah tanggung jawabnya iapun kembali menemani Kyra.

Hening, atmosfer ruangan tersebut hanya ditemani suara indikator yang keluar dari patient monitor.

Linggar memilih untuk tidur sebentar seperti hari sebelumnya.

Tiga puluh menit setelah Linggar pulas tertidur. Kyra perlahan membuka matanya. ia masih merasakan sakit di dada kirinya hingga leher dan lengan kirinya.

"Ough, sakit sekali" keluhnya lirih sambil meraba anggota tubuh bagian kanan.

"Di sini lagi, sendiri lagi" Gumam Kyra tersenyum kecut.

Kyra menekan tombol nurse call, untuk memanggil perawat jaga. Sambil menunggu perawat jaga datang, perlahan Kyra mendudukkan diri.

"Siapa dia?" Gumamnya saat matanya menangkap sosok manusia yang tengah meringkuk membelakangi Kyra di sofa tak jauh dari ranjangnya.

"Apa dia malaikat pencabut nyawa? Tapi mana ada malaikat tertidur di sofa? Cara berpakaiannya juga tidak seperti malaikat pencabut nyawa yang seperti di drama korea itu, hoodie warna baby pink? Yang benar saja" Kyra terkekeh menertawakan pikirannya sendiri.

Tak lama perawat jaga datang, saat membuka pintu kamar, perawat tersebut terkejut mendapati rekan kerjanya tidur di kamar inap pasien. Kyra dengan cepat memanggil perawat tersebut.

Kyra menempelkan jari telunjuknya di depan bibir hatinya agar perawat tersebut tidak menimbulkan suara.

Perawat tersebut mengangguk lalu mendekat ke arah Kyra. membantu melepas tranduser dari patient monitor yang menempel pada tubuh Kyra serta melepas nasal cannula (selang oksigen).

"Ada yang bisa saya lakukan lagi Nona Kyra?"

"Tidak ada, suster. Terima kasih"

"Jika ada apa - apa, Nona bisa memanggil perawat jaga. Saya akan menghubungi dokter Hilal untuk memeriksa Anda, Nona"

Kyra mengangguk dan tersenyum.

"Baiklah saya undur diri Nona"

"Baik, terima kasih, Suster"

"Suster..." Kyra memanggil suster tersebut sebelum suster tersebut meninggalkan ruangan.

"Ya, Nona?"

"Siapa yang tidur di sana?" Kyra menunjuk Linggar.

"Dia rekan kami, perawat Linggar, Nona. Seharusnya dia sudah pulang tapi malah tidur di sini. Maafkan kami, Nona"

"Oh, tidak apa-apa, mungkin dia lelah."

Perawat tersebut lalu meninggalkan ruangan Kyra.

Kyra kembali menatap Linggar yang masih meringkuk membelakanginya.

"Kenapa dia tidur di sini? Apa aku tanyakan saja pada Kak Hilal"

Kyra meraih ponselnya yang diletakkan di atas meja kabinet. Dengan cepat ia mengetik pesan lalu segera ia kirim ke Hilal.

Kyra : Kak Hilal, siapa Perawat Linggar? 

Kyra : Kenapa dia tidur di kamarku?

Tidak sampai lima menit, bunyi notifikasi pesan terdengar nyaring.

Linggar bergerak mungkin sedikit terusik dengan suara ponsel Kyra. Linggar mengubah posisinya hingga Kyra bisa melihat wajahnya. Kyra terkejut lalu berbaring dan pura-pura memejamkan matanya.

Kyra merasa sudah tidak ada pergerakan lagi dari Linggar, Kyra memicingkan sebelah matanya memastikan pria itu masih tertidur, kemudian Kyra pun kembali duduk bersila menghadap ke arah Linggar.

Kakak Dokter ❤ : Kamu sudah sadar Syukurlah

Kakak Dokter ❤ : Perawat Linggar yang akan menemanimu selama dirawat di rumah sakit.

Kyra : Sebaiknya aku pulang Kak

Kakak Dokter ❤ : Nggak boleh!

Kakak Dokter ❤ : Kami harus tetap di rumah sakit

Kyra : Tapi Kak, aku janji bisa jaga diri

Kakak Dokter ❤ : Ya, silakan

Lihat selengkapnya