612 Hours

Dya
Chapter #3

Teasing You

Hari ke 4

"Nona Kyra, makanlah. Kamu tidak boleh jatuh sakit akan sangat berpengaruh pada kondisi jantungmu" Sudah enam kali Linggar membujuk Kyra hanya untuk makan pagi ini.

"Apa pedulimu?" Tukas Kyra. Ia masih sangat kesal karena permintaannya kemarin siang ditolak keras oleh Linggar.

Bahkan tadi malam mereka tidur saling memunggungi. Bukan tidur satu ranjang. Kyra tidur di brankar dan Linggar harus tidur di sofa. Lagi.

Besok Linggar harus membawa kasur sendiri dari kamar sewanya.

"Apa kamu lupa dokter Hilal mempercayakanmu padaku? Aku harus memastikan kamu tetap dalam kondisi sehat"

"Kamu bilang penderita jantung sepertiku tidak boleh stress"

"Hmm" Linggar mengangguk membenarkan

"Kamu bilang aku harus makan agar tetap sehat"

"Hmm" Linggar mengangguk lagi menyetujui

"Tapi baru satu hari aku berbicara denganmu, kamu sudah membuatku stress. Kamu tidak mau membelikan makanan "sehat" untukku. Itu sama saja kamu membunuhku perlahan"

Dengusan kasar keluar dari hidung Linggar. Tak disangka gadis selemah ini nyatanya terlalu keras kepala.

Alih-alih, berbincang hal seru agar gadis itu sedikit melupakan penyakit yang dideritanya. Nyatanya justru perawat rupawan ini yang dipaksa mengurut dada menghadapi tingkah konyol si pasien cantik.

"Nona, sebelum aku berhasil membunuhmu, sepertinya aku akan membujuk malaikat maut untuk mengambil nyawaku terlebih dahulu. Agar aku tidak perlu berurusan lebih lama lagi dengan pasien sepertimu"

"Eh, perawat Linggar. Kamu jangan mati dulu. Siapa yang akan merawatku kalau kamu meninggalkanku" Kedua sudut bibir Kyra melengkung ke bawah. Ada sedikit sesal dan tidak rela perawat tampan kesayangannya memilih meninggalkannya. "Bukankah seorang perawat tidak boleh mengatakan hal seperti itu pada pasiennya?"

Kesayangan? Baru berapa hitungan jam saja sudah berani menyebut kesayangan.

"Memang tidak boleh, tapi di sini aku berbicara sebagai temanmu bukan sebagai perawat."

"Apa benar kamu mau jadi temanku?"

"Itu kalau kamu mau mendengarkanku"

"Aku senang kalau kamu mau jadi temanku. Sejujurnya aku sudah tidak punya teman lagi" Kyra mengeluh. Kyra memang tak memiliki banyak teman.

Semenjak ia divonis mengidap Cardiomyopathy setelah ia ditemukan mendapat serangan jantung pertama saat mendengar kabar ayahnya meninggal dunia akibat penyakit yang sama beberapa bulan lalu, Kyra praktis tak lagi bekerja atau pun berkumpul bersama teman-temannya.

"Apa tidak ada satupun temanmu yang mengetahui kamu sakit?"

Kyra menggelengkan kepalanya. "Aku mengatakan pada mereka sedang mengembangkan bisnis ayahku di luar negeri"

"Kenapa berbohong?"

"Aku tidak ingin mereka berteman denganku hanya karena kasihan padaku. Aku juga tidak tahu kan kapan maut menjemputku. Jadi biarkan saja, ada aku atau tidak bagi mereka tidak ada bedanya"

"Nona, sebaiknya sudahi berbicara tentang maut. Kamu akan berumur panjang. Aku yakin kamu akan segera mendapatkan donor jantung"

"Terima kasih, perawat Linggar"

"Sekarang makanlah makananmu, aku akan membantu perawat Maya sebentar"

"Bukankah kamu sudah tidak bekerja merawat pasien lain?"

Linggar mengulas senyum. "Bisa saja aku menolak dengan alasan mandat dokter Hilal, jika tidak mengingat beberapa hari ini kami sedang kekurangan perawat, Nona. Pagi ini sama perawat Adi tiba-tiba mengundurkan diri"

Kyra mendesah pasrah. "Baiklah, kamu kembali saja bekerja"

"Aku akan segera kembali saat pekerjaanku selesai. Makanlah makananmu dan istirahatlah"

"Ya ya, selamat bekerja perawat Linggar"

Lihat selengkapnya