612 Hours

Dya
Chapter #10

Through Thick and Thin

Hari ke 16

"Apa Kyra akan baik-baik saja?" Tanya Linggar cemas.

"Tidak, jika tidak segera dilakukan transplantasi jantung" Tukas Oki

"Apa yang terjadi padanya? Bukankah catatan medis selama lima belas hari ini Kyra baik-baik saja?" Lanjut Oki memberondong Linggar.

"Saat saya ingin melihat Kyra kemarin, Bintang sedang berlutut dan menundukkan kepalanya. Tidak sopan jika saya masuk dan menyela. Jadi saya tinggalkan mereka sebentar. Maafkan saya dokter Oki, saya lalai"

"Tidak, tidak apa-apa. Kau benar, mereka memang ada masalah tapi aku pun tidak tahu seperti apa tepatnya. Ehm, Dengan siapa Kyra sekarang?"

"Kak Binar yang menjaganya"

"Linggar, apa aku melewatkan sesuatu?"

"Maksud dokter Oki?"

"Kamu dan Kyra?" Radar sok ingin tahu dokter tampan satu ini mulai aktif. Biasanya ia tidak akan peduli dengan berita apapun.

Lain halnya jika terkait Kyra. Kyra baginya gadis yang spesial.

Linggar mengulum senyum.

"Ada apa? Kalian sepasang kekasih?"

"Ehm..be..lum"

"Lalu?"

"Mungkin hanya saya yang mencintainya. Sedangkan Kyra tidak."

"Kamu belum benar-benar mengenal gadis itu rupanya. Kyra... sepertinya menyukaimu"

"Tapi Kak Binar mengatakan Kyra memang nyaman karena memang banyak yang menyayanginya"

"Ya, dia memang seistimewa itu. Tapi kamu tidak tahu, sulit baginya menerima orang baru dengan mudah. Sepertinya kamu pengecualian. Kyra itu minus pengalaman tentang cinta."

"Sudahlah, kamu sepertinya juga tidak punya pengalaman tentang cinta. Kembalilah ke Kyra. Aku tidak mau dia kembali serangan jantung hanya karena merasa kehilangan perawat kesayangannya"

**

Perlahan Kyra membuka kedua matanya. Ia menarik nafas dalam lalu menghembuskan perlahan.

Kyra menolehkan kepalanya, di samping ranjangnya, Linggar sedang melihatnya sedang tersenyum. Bukannya membalas senyum, Kyra kembali memutar kepalanya menatap langit-langit.

"Kak, apa aku sudah di surga?"

"Apa maksudmu?"

"Aku melihat ada pria yang sangat tampan sedang melihatku? Tapi kenapa pria yang menemaniku selalu pakai hoodie berwarna pink?"

"Menurutmu apa surga menyenangkan?"

"Mungkin menyenangkan"

Kyra mendengus. "Setiap aku membuka mata, aku selalu menarik nafas dalam dan dadaku terasa sakit. Jika aku sudah berada di surga, bukankah seharusnya aku tidak merasakan sakit?"

"Jika kamu ada di surga, berarti kamu meninggalkanku. Kamu tega sekali meninggalkan sendiri?"

Kyra mengembungkan pipi, hingga bibirnya mengerucut.

"Hei, Kyra, apa aku setampan itu?"

"Hmm, jika Kak Linggar sendiri, tidak ada Kak Bintang ataupun Kak Hilal." Kyra memiringkan tubuhnya, menatap Linggar.

Linggar mengerutkan dahinya "Maksudmu?"

"Kak Linggar tampan, sangat tampan jika Kak Linggar seorang diri di sini, itu berarti tidak ada yang menyaingimu, Kak"

Linggar mencebikkan bibirnya, sementara Kyra tersenyum puas tanpa dosa.

"Tetaplah tersenyum seperti itu. Aku yakin kamu kuat, kamu harus kuat apapun yang terjadi. Jangan dulu menyerah agar orang yang mencoba menjatuhkanmu tidak bersorak menang"

"Kak, apa yang harus aku lakukan?" Kyra menoleh ke arah Linggar, air matanya sudah menggenangi pelupuk matanya.

Linggar meraih tangan Kyra, ia usap lembut punggung tangan Kyra, menyalurkan kekuatan pada gadis itu.

"Kenapa bibi Divya setega itu pada ayah dan juga padaku? Apa salah kami padanya? Kenapa ada orang diciptakan begitu serakah pada hal duniawi?"

Genangan air mata akhirnya jatuh juga. Bagaimana ia harus bersikap pada adik dari ayahnya sendiri. Orang yang seharusnya menjadi tempatnya bergantung setelah satu-satunya orang membawanya di kehidupan ini harus pergi untuk selamanya. Tidak adakah sedikit rasa empati hanya karena ambisi pada harta yang semestinya tidak ia miliki?

"Kyra, bukankah kamu juga menyayangi bibimu?"

Kyra mengangguk "Sangat" Ucapnya lirih

"Bisakah kamu membantunya untuk menyadari jika perbuatannya salah?"

"Apa yang harus aku lakukan?"

"Aku tidak tahu bagaimana yang jelas tunjukkan rasa simpatimu padanya. Jangan tunjukkan kelemahanmu padanya. Maaf jika saranku tidak banyak membantumu" Ibu jari Linggar menghapus jejak air mata di sudut mata Kyra.

"Tidak, aku rasa yang Kak Linggar katakan benar"

"Kak, seragam perawat sekarang sudah berganti model? Atau Kak Linggar sedang bolos bekerja? Aku adukan pada Kak Hilal"

Lihat selengkapnya