Hari ke 18
Paman Leo : Nona, rapat dewan direksi akan diadakan lusa pukul 13.00
Kyra: Ya, Paman. Terima kasih.
Kebetulan sekali Hilal sudah kembali bertugas di rumah sakit tersebut.
Setelah selesai melakukan kunjungan pasien terakhir yaitu Kyra, gadis itu mengikuti Hilal hingga ke ruang dokter.
Kyra terus memohon pada Hilal agar bisa menghadiri rapat dewan direksi IB Company.
"Kak Hilal, ijinkan aku pergi"
"Kyra, kembalilah ke kamarmu. Kau harus banyak istirahat. Aku dengar dari dokter Oki, tiga hari yang lalu kau mengalami serangan jantung."
"Aku tidak akan kembali sekarang sebelum Kak Hilal memberiku ijin"
"Kembalilah ke kamarmu. Bukankah Linggar sudah bisa menjagamu sepenuhnya? Kembalilah, aku tidak mau dia merasa bersalah lagi karena kamu tidak ada di kamarmu"
"Ayolah, Kak Hilal, berikan saja aku ijin" Kyra merengek
"Aku tidak mengijinkanmu, Kyra. Kenapa kau senang sekali membahayakan dirimu sendiri?"
"Kak Hilal, jika aku tidak datang ke sana maka aku tidak bisa melindungi apa yang ayah perjuangkan. Aku mohon"
"Kyra, Binar memberitahuku kau terkena serangan jantung setelah Bintang mendatangimu. Aku tahu Bintang memang tidak akan pernah membahayakanmu karena dia terlalu menyayangimu. Tapi berita yang ia sampaikan pasti membuatmu syok dan akhirnya kau mengalami serangan jantung. Aku tidak mau mendengar hal itu lagi Kyra"
"Aku tidak akan mati, Kak Hilal. Percayalah aku hanya ingin melindungi peninggalan ayah."
"Ya, kamu memang tidak akan mati" Suara Hilal meninggi.
"Dokter, ini hasil lab-- Kyra? M-Maaf seharusnya aku mengetuk pintu terlebih dahulu"
Tiba-tiba Linggar memasuki ruangan Hilal dengan membawa sebuah dokumen. Linggar terkejut mendapati Kyra berada di ruangan Hilal.
Sesaat tatapan Linggar dan Kyra bertemu. Berbeda dengan Kyra, tatapan Linggar sulit diartikan.
Ada sesak yang dirasakan Kyra saat tatapan mata Linggar begitu teduh tidak seperti sebelumnya. "Kak Linggar akan bersamaku" Putus Kyra sebelum akhirnya Kyra memutus kontak mata mereka dan kembali menatap Hilal.
Hilal menghela nafas kasar. "Aku mohon Kyra, kali ini saja jangan keras kepala"
"Baiklah, dengan atau tanpa ijin dari dokter Hilal yang terhormat, aku akan tetap pergi"
Kyra menggandeng tangan Linggar dan menyeret pria jangkung itu keluar dari ruangan Hilal.
Hilal terduduk ia pejamkan matanya dan ia pijat pelipisnya. "Kenapa kalian berdua begitu keras kepala"
**
"Kyra"
Kyra tak menjawab ia terus saja berjalan seraya menggenggam pergelangan tangan Linggar.
"Sayang"
Kyra akhirnya menghentikan langkahnya saat tiba di selasar menuju taman rumah sakit. Lalu berbalik menghadap Linggar.
"Ada apa? Kamu ingin pergi ke mana?" Tanya Linggar lembut.
Kyra masih merasa kesal pada Hilal ia pun meninggalkan Linggar yang masih berdiri di sana. Kyra menghentakkan kakinya menjauh dari Linggar menuju salah satu bangku taman.
Kyra mendudukan diri di bangku tersebut, Linggar mengikuti Kyra lalu duduk di sebelah Kyra
"Hei, aku bertanya padamu"
Kyra bergeming. Sesekali ia mendengus kasar.
"Kamu kenapa? Apa kamu harus marah? Atau kamu ingin sendiri? Baiklah sebaiknya aku meninggalkanmu sampai kau merasa lebih baik" Linggar sudah akan beranjak saat Kyra menghentikannya.
"Katanya tidak akan pernah meninggalkanku?" Cibir Kyra namun matanya tetap fokus ke depan.
"Lalu aku bagaimana? Kamu mau aku tetap di sini tapi kamu marah padaku"
"Aku tidak marah"
"Kau marah"
"Tidak, aku tidak marah, aku hanya kesal pada Kak Hilal"
Linggar kembali duduk di samping Kyra lalu menghela nafas pelan.
"Kak Linggar..."
"Hmm"
"Temani aku hadir di rapat dewan direksi besok lusa" Pinta Kyra pada Linggar.
"Kenapa harus aku?"
"Karena Kak Linggar yang akan menjamin aku tetap baik-baik saja hingga aku kembali ke rumah sakit ini"
"Lalu jika kamu tidak baik-baik saja, aku yang akan bertanggung jawab dan menerima kemarahan dokter Hilal, begitu maksudmu?"
"Bukan begitu maksudku. Aku sudah mempersiapkan diri untuk ini, Kak. Kak Linggar hanya menemaniku, aku yakin pasti aku akan baik-baik saja. Ya, aku mohon, Kak Linggar."
"Tapi Kyra, kamu harus tetap mendapat ijin dari dokter Hilal"
Kyra mendengus. "Kak Linggar tahu sendiri, Kak Hilal sangat keras kepala"