612 Hours

Dya
Chapter #13

Flashback

Tok...tok...tok...tok...

Suara ketukan heels berjenis sling back berwarna hitam di atas hamparan lantai marmer menggema di lobi IBCompany siang itu.

Gadis mungil dengan tubuh rampingnya berbalut midi dress formal berwarna hitam didampingi Pak Leo, pengacara perusahaan, dengan langkah tegas berjalan menuju ruang rapat direksi yang tengah diadakan rapat darurat kembali membahas tentang posisi presiden direktur yang baru.

Dengan dalih pewaris tunggal sedang dalam kondisi kritis dan kesehatan turun drastis serta tak kunjung membaik.

Pengacara Lee membuka pintu masuk aula meeting IB Company, untuk memberi akses masuk pada gadis yang ia dampingi.

Gadis itu tersenyum ramah pada semua orang di dalam ruangan tersebut.

Namun pada seorang wanita paruh baya yang dulu pernah ia segani, senyumnya berubah miring, seakan sedang mencaci wanita angkuh itu.

"Selamat siang" Sapa gadis itu sopan.

Seluruh peserta rapat terperanjat. Mereka semua berdiri dan membungkuk sembilan puluh derajat memberi hormat pada pewaris tunggal IB Company yang oleh Nyonya Divya dikabarkan kondisi kesehatannya sedang menurun drastis.

Nyonya Divya juga ikut terkejut dengan kedatangan keponakannya itu. Dalam keadaan sehat, tanpa kurang suatu apapun.

Beberapa orang tampak berbisik dan menatap nyonya Divya seolah mereka sedang mencibir sang nyonya.

Satu-satunya yang sama sekali tidak terkejut adalah Bintang. Ia tetap tenang dan tersenyum menyambut kedatangan adik sepupunya itu yang sudah ia nantikan sejak pagi.

"Kamu tepat waktu, Kyra" Mata Bintang seolah mengatakannya saat tatapan mereka bertemu.

"K-kamu, b-bagaimana kamu bisa di sini?" Nyonya Divya tergagap meski ia berusaha tetap terlihat angkuh di depan jajaran direksi.

"Selamat siang, Bibi. Senang bertemu denganmu kembali" Kyra menundukkan wajahnya sekilas lalu kembali menatap wanita paruh baya itu dengan tajam, tak lupa seringai tipis tersemat di sudut bibir gadis mungil itu.

"Bibi Divya, aku sangat merindukanmu. Kenapa Bibi tidak pernah menjengukku?" Kyra sedang berpura-pura sedih di depan bibinya.

"Bukankah kamu seharusnya sekarat di rumah sakit?"

"Apa Bibi sama sekali tidak tahu keadaanku?"

"Kak Bintang apa yang Kakak katakan pada Bibi? Kenapa Bibi bisa salah informasi seperti ini?"

Bintang tersenyum tipis.

Sudahi drama murahan itu, Kyra memilih memulai rapat siang itu, kali ini ia sendiri yang akan memimpin.

"Bagaimana jika rapat kita lanjutkan. Saya sedang ada waktu luang hari ini" Kyra mendorong bahu bibinya agar menyingkir dari kursi presiden direktur.

Rapat pun berlanjut, untuk menentukan dan mengangkat presiden direktur baru.

"Sebagai pewaris tunggal dari mendiang Tuan Imran, alangkah lebih baik jika Nona Kyra lah yang meneruskan posisi tersebut"

"Tapi bukankah Nona Kyra belum menikah? Sesuai dengan peraturan perusahaan, bahwa Nona Kyra tidak bisa memegang kendali tertinggi perusahaan ini jika dia belum menikah. Jika dalam kurun waktu satu tahun Nona Kyra belum menikah, maka posisi presiden direktur diambil alih oleh Nyonya Divya" Celetuk salah satu direksi.

Ya, sejatinya peraturan dibuat untuk menertibkan segala hal. Agar semua selalu sesuai pada jalurnya. Jika ada yang menyimpang, harus ada sanksi tegas untuk menyikapinya.

Bukan malah memupuk mindset, "Peraturan dibuat untuk dilanggar" Itu hanyalah pembenaran yang tidak sesuai dengan logika.

"Oh, saya lupa memperkenalkan diri" Kyra kembali berdiri tegak.

"Perkenalkan, saya Kyra Shaima, istri dari Linggar Pramudi, perawat rumah sakit khusus jantung paru tempat saya dirawat beberapa waktu lalu." Kyra membungkukkan tubuhnya memberi hormat pada jajaran direksi yang hadir.

Peserta rapat tampak riuh terdengar. Tidak percaya dengan yang baru saja Kyra ungkap.

Namun, mereka segera bungkam saat pengacara Leo mengeluarkan bukti berupa akta nikah yang menyatakan Linggar dan Kyra merupakan pasangan suami istri yang sah di mata hukum negara.

Tak lama beberapa orang polisi masuk ke dalam ruang rapat dan menangkap Nyonya Divya, sesuai laporan yang diserahkan pada pihak kepolisian atas nama pelapor Bintang Hadinata. Awalnya Nyonya Divya memberontak dan tidak ingin diseret ke kantor polisi, namun setelah mendengar siapa yang melaporkannya ke polisi Nyonya Divya hanya bisa pasrah.

**

"Kak Bintang, aku minta maaf. Karena aku, Kak Bintang harus menjebloskan bibi ke penjara"

"Tidak apa-apa Kyra, mama memang pantas mendapatkan hukumannya. Mungkin tidak setimpal dengan yang ia perbuat padamu. Seharusnya aku yang meminta maaf atas nama mama."

"Semua sudah berlalu, Kak Bintang. Kapan kau akan menikahi Kak Jihan? Aku dengar kalian sudah bertunangan."

"Secepatnya, doakan kami Nyonya Linggar" ujar Bintang.

Lihat selengkapnya