62'S Ways

Lita Lestianti
Chapter #2

2. Persiapan

Tersenyum puas hanyalah terlihat pada wajah-wajah junior, sementara ekspresi datar terlihat pada raut wajah senior. Adit baru saja tiba membawa tumpukan lembaran uang lima puluh ribuan yang diletakkan di tengah-tengah anggota tim balap Jagadita yang sedang duduk bersila dengan rupa respon yang berbeda.

Adit duduk agak menengah menghindari mesin-mesin rusak yang ditaruh di pinggiran. Anggota lain siap mendengar tanpa merasa risih dengan sudut ruang yang kotor karena debu dan bekas oli yang sudah menghitam.

Ben tahu ada sesuatu yang kurang memuaskan dari seniornya itu. Dan itu semua pasti terkait dengan kompetisi balap di Sentul tiga hari ke depan.

"Jumlahnya tidak sampai setengah dari jumlah uang yang kita ajukan." Adit melaporkan dengan penuh kecewa sambil melepas jaket jurusan dan meletakkan di atas pangkuannya.

"Gila!! Kalau begitu tahun depan kita mengajukan dana sampai dua kali lipat dari kebutuhan di proposal! Enak saja main pangkas! Terus bagaimana kita menutupi kekurangannya?!" protes Melly yang menggebu-gebu.

"Tiga hari lagi balapan dimulai! Mana bisa kita cari uang dalam waktu tiga hari!" protes temannya yang lain.

"Payah!" ujar Bayu seraya menaikkan lengan tangan jaket jurusannya sampai ke siku.

"Kaya mereka nggak tahu saja gimana kebutuhan kegiatan mahasiswa!" Lanjut Soni.

"Bukan! Mereka belum pernah ikut balap!" sanggah Irwan.

"Halah! Semua proposal kegiatan juga yang disetujui cuma setengahnya!"

"Kenapa sih mereka…?!" Protes Melly namun tidak ingin melanjutkan. Ia memangku dagunya di atas kepalan tangan.

Yudi tidak berkomentar satu pun. Ia hanya diam dan mendengarkan aksi protes temannya dan juniornya.

"Apa perlu kita menjual besi-besi yang sudah tidak terpakai ini?" usul Ben sambil menunjuk besi-besi yang ada di pojok ruangan.

Adit memperhatikan kondisi besi yang ditaruh sembarangan di ruangan itu. Ia pun menggeleng.

"Terus? Bagaimana?" Ben penasaran dengan keputusan seniornya. Ben mengamati teman-temannya yang masih memperlihatkan wajah kesalnya.

Semua diam sejenak. Begitu juga dengan Adit. Adit memandangi Yudi dan senior lainnya.

Lihat selengkapnya