6nam

Nikodemus Yudho Sulistyo
Chapter #2

Felisia Setyarini

Felisia Setyarini mencoba tak menambahkan kesan awkward alias janggal yang hadir di tengah-tengah mereka. Setahun yang lalu, Kanigara Gatra akhirnya mengakui bahwa ia memendam rasa pada teman satu circle mereka, Andini Sekartaji. Meski ungkapan perasaannya tidak berjalan sesuai keinginan dan Kanigara Gatra tak mendapatkan respon yang seharusnya ia harapkan, saat itu akhirnya mereka semua tahu apa yang terjadi di antara kedua teman mereka tersebut.

Padahal, Felisia Setyarini tahu bahwa Kanigara Gatra paham benar bahwasanya menaruh rasa pada sahabat, dan mengutarakannya, pastilah memiliki akibat yang tidak main-main. Tali perkawanan yang seharusnya tulus tanpa tendensius nyata-nyata dikotori oleh kepentingan pribadi, yaitu untuk memiliki.

Kini, persahabatan mereka terasa tak biasa lagi. Padahal, Felisia Setyarini mati-matian menyembunyikan rasanya sendiri pada Kanigara Gatra selama bertahun-tahun pula. Ini semua agar persahabatan mereka tak dirusak oleh asmara yang bersifat egois dan mau untung sendiri.

Biarpun begitu, semua orang di dalam lingkaran persahabatan mereka ini telah memaafkan Kanigara Gatra. Toh, bukan salahnya memelihara rasa itu. Bukan pula sebuah hal yang mudah tidak mendapatkan jawaban atas rasa yang telah memperbudaknya lama. Khusus bagi Felisia Setyarini, ia juga tak bisa membayangkan bila ia sendiri yang menyatakan cinta kepada Kanigara Gatra saat itu setelah menyembunyikannya bertahun-tahun hanya untuk menelan kekecewaan yang mendalam seperti ini.

Andini Sekartaji tak pernah menjawab pernyataan cinta Kanigara Gatra.

Maka, hari ini, segala kejanggalan harus sudah lenyap."Aku senang bisa ketemu kamu lagi, Gat," ujar Felisia Setyarini pelan. Tubuhnya yang kecil mungil terpaksa membuatnya mendongak ketika berbicara kepada Kanigara Gatra.

"Sama. Aku juga senang bisa ketemu kamu, Fel. Senang juga melihat kalian sehat-sehat semua. Steven, Kumang, Sakti, dan ...,"

Iya, akhirnya kita bisa kumpul-kumpul lagi," potong Felisia Setyarini. Ia menyentuh lengan atas Kanigara Gatra dan meremasnya pelan. Sembari memandang sepasang mata Kanigara Gatra, wajahnya yang memancarkan keceriaan itu tersenyum lebar. "Terimakasih sudah bersedia menyempatkan waktumu untuk pergi berlibur dengan kami lagi. Seperti dulu."

Felisia Setyarini tak berbohong. Ia begitu lega Kanigara Gatra bisa dan mau hadir menerima undangan mereka. Awalnya semua khawatir bahwa rasa sensitif itu masih ada. Kesedihan itu masih tersisa. Ia berharap, satu minggu yang mereka akan gunakan untuk melarikan diri dari rutinitas pekerjaan dan kegiatan mereka ini dapat kembali mempererat benang-benang perkawanan yang sempat renggang bahkan terputus.

Kumang yang bertubuh langsing dan tinggi semampai berjalan ke arah keduanya. Lengannya merangkul bahu Felisia Setyarini dan Kanigara Gatra dengan bentuk yang aneh, karena tinggi ketiganya memang tak seimbang. "Janji sama aku, kita habiskan tujuh hari ini dengan bersenang-senang. Setelah itu, kita cari waktu lagi buat bersenang-senang kembali," tukas Kumang.

"Kapan kerjanya kalau yang kau pikirkan cuma liburan, Kumang?" seru Steven Ongadri dari jauh.

Lihat selengkapnya