Steven Ongadri awalnya mendekati Sakti Soeryati untuk mendapatkan Kumang. Tentu, tidak ada yang tahu akan hal ini. Pun tak ada yang tahu bahwa saat ini, sang driver rombongan pelarian tersebut sudah resmi berpacaran dengan sepupu perempuan Kumang tersebut. Keduanya sepakat untuk menyimpan hubungan ini rapat-rapat sampai waktu yang tak ditentukan. Apa lacur, Sakti Soeryati tak paham bahwasanya status mereka ini menciptakan kesempatan bagi Steven Ongadri untuk bebas bersikap apa saja. Diam-diam ia bisa mendekati Kumang, mencari informasi tentang gadis itu melalui Sakti Soeryati, atau memberikan perhatian sebegitu rupa tanpa perlu dicurigai.
Steven Ongadri memandang ke belakang kursi kemudinya, kemudian menghitung anggota rombongan dengan jari telunjuknya. “Oke, sudah pas semua ya. Kita lanjut,” ujarnya.
Ucapan dan Tindakan Steven Ongadri memancing reaksi dari Felisia Setyarini. “Ya ampun, apa perlu dihitung! Apa kau takut ketika Dewi Manik turun, salah satu dari kita ikutan turun dan tertinggal?”
Steven Ongadri hanya tersenyum. “Kalian ada di dalam mobilku. Kalau sampai ada yang tertinggal, bisa runyam. Aku yang harus bertanggung jawab mencari kalian,” balas Steven Ongadri dalam nada separuh bercanda.
Mobil MPV itu melaju meninggalkan posisi terakhir menurunkan Dewi Manik. Dalam beberapa menit pertama suasana mendadak lengang di dalam mobil.
Kumang lah yang pertama menyeletuk. “Gara-gara Dewi Manik turun, aku selalu merasa kelompok kita kelebihan jumlah.”
“Nah, benar, Kumang. Itu yang aku pikirkan juga,” ujar Felisia Setyarini sembari tertawa lirih tak nyaman. “Seperti Dewi Manik masih ada di dalam mobil,” tambahnya.
“Horor banget sih,” respon Sakti Soeryati di belakang agak terganggu dengan pernyataan kedua temannya tersebut.
“Coba hitung lagi saja,” ujar Andini Sekartaji.
“Makanya aku tadi memastikan kalau kita sudah lengkap. Benar kok, jumlahnya sudah sesuai. Cuma psikologi kalian saja,” kata Steven Ongadri.