6nam

Nikodemus Yudho Sulistyo
Chapter #9

Debur

Matahari yang perlahan tenggelam dimangsa sang kala ternyata memang begitu indah. Para rombongan sahabat dalam pelarian itu menanamkan kaki-kaki mereka ke dalam pasir, menikmati rasa hangat yang berangsur mendingin, sedangkan debur ombak merayap menjilati pantai.

Kumang menumpukan tubuh langsingnya dengan kedua siku. Rambut bergelombang indahnya menyapa pasir. Di sebelahnya, Felisia Setyarini tak ragu membaringkan tubuh mungilnya di pantai dan menutup mata. Butiran pasir menempel di kulit paha sampai lengan atasnya yang telanjang. Ia mengenakan hotpants yang super pendek serta crop top berwarna biru terang memamerkan keindahan dan kelembutan kulitnya yang bersinar dalam keremangan senja.

Sakti Soeryati duduk di samping Felisia Setyarini dengan menekukkan lutut dan memeluknya. Seringai keceriaan nampak terlalu aneh dan tak cocok tertempel di wajah galak dan bersudut tajam miliknya itu.

Kumang memandangi sepupunya melewati Felisia Setyarini yang masih berbaring santai, bebas dan lepas. "Untung ada Steven, ya Sak," ujar Kumang memancing.

Bak pemancing profesional, kalimat tanya Kumang adalah sebuah umpan yang manjur. Sakti Soeryati semakin merekahkan senyum. Seakan nama Steven yang ia dengar adalah sebuah hal suci dan sakral yang perlu dipuja dan dirayakan.

"Kita beruntung punya teman cowok seperti Steven," lanjut Kumang.

"Iya. Coba kalau tak ada dia, mana mungkin perjalanan kita ini lancar. Dia serba bisa dan cekatan orangnya," respon Sakti Soeryati sumringah.

Jawaban ini membuat Kumang semakin yakin bahwa kecurigaannya bahwa kedua orang itu sedang menjalin hubungan asmara tidaklah salah. Seumur-umur ia tak pernah memperhatikan sepupunya bersikap seperti ini. Sakti Soeryati menjadi lebih ceria dan tidak melulu masam serta muram. Bahkan gadis itu kini kerap mengalah ketika beradu kata dan pendapat dengan Kumang. Sepertinya kebahagiaan berhasil menggerogoti sifat-sifat buruk dan tak menyenangkannya.

Bukannya tak senang dengan perubahan positif saudara perempuannya itu, tapi mengingat orang yang dicintai itu adalah Steven Ongadri, Kumang merasa tak nyaman dan tak tenang. Kumang sadar betul bahwa Steven Ongadri berusaha memonopoli peran dan tempat di dalam kelompok persahabatan ini sepeninggal Kanigara Gatra yang sempat lama menarik diri. Belum lagi kenyataan bahwa laki-laki itu terang-terangan memiliki rasa terhadapnya, bersamaan dengan kemungkinan bahwa laki-laki itu menyembunyikan hubungan asmara dengan sang sepupu.

Kini Kumang mengedarkan pandangannya jauh lagi ke samping Sakti Soeryati. Kanigara Gatra sedang berbicara akrab dengan Steven Ongadri.

Sadar bahwasanya gadis yang ditaksirnya itu melihat ke arahnya, Steven Ongadri dengan percaya diri dan cenderung sedikit lancang, membalas tatapan Kumang dengan sinar mata penuh goda.

Kumang yang sudah terlanjur basah, langsung saja sekalian memberikan tatapan maut andalannya yang nakal sekaligus memesona itu sehingga membuat Steven Ongadri menggelinjang tak tahu diri.

Di ujung barisan, Andini Sekartaji memandang jauh ke laut. Entah kemana pikirannya sedang membawanya terbang. Rambut panjangnya yang bagi Kanigara Gatra terlihat tipis nan rapuh itu kaku seakan tak terpengaruh serbuan angin pantai yang kasar.

Lihat selengkapnya