Pagi merekah, menyobek angkasa dengan sinar keperakan lembutnya yang masih lemah akan tetapi indah. Semangat ikut muncul meruap ke udara dari tubuh-tubuh manusia yang baru bangun itu. Memang masih terlalu pagi untuk mereka yang semalam menghabiskan waktu bermain kartu. Tapi tetap saja mereka bertekad tak mau menyia-nyiakan hari berbaring di atas tempat tidur.
Sesuai itinerary yang dibuat Sakti Soeryati, hari ini, hari kedua mereka di tempat pelarian ini, mereka akan memulai dengan menceburkan diri ke laut, menyegarkan diri dan pikiran.
Memang tepat ternyata, laut membuka hari dengan keindahan. Cahaya matahari melambai-lambai tenang. Air di pantai pagi itu tak membekukan, tak pula panas meranggas. Kehangatan merangkak di permukaan ombak.
Kejadian aneh semalam sepertinya tidak meninggalkan bekas sama sekali. Kanigara Gatra juga sempat melihat Andini Sekartaji pagi-pagi buta tadi ketika kedua keluar dari kamar masing-masing, saling tatap dan membaalas senyuman. Jadi, semuanya baik-baik saja harusnya.
Yang jelas, mereka tidak sendirian. Para tamu hotel juga berpikir bahwa pagi ini merupakan waktu yang tepat untuk pergi ke pantai.
Sakti Soeryati menjerit bersemangat ketika menyadari bahwa pantai di bawah lereng tempat berdirinya hotel The Niners itu ternyata merupakan sebuah spot yang begitu menawan, spesial. Bentuk pantai yang terlalu besar ini bagai sebuah ceruk, dengan benteng alam berupa tebing di kiri kanannya. Pasir yang tersebar berwarna putih, menampilkan sinar mentari pagi yang memantul ceria, berlompatan dari satu biji pasir ke pasir lainnya yang bagai kaca.
Para gadis dalam rombongan ini pun menunjukkan keindahannya yang sama. Tubuh mungil Felisia Setyarini dibalut hotpants super pendek, dan lagi-lagi selembar crop top yang memamerkan perut rata dan kulit seputih potongan bongkahan pualam itu.
Bahkan Sakti Soeryati pun memamerkan hidden gem nya, kecantikan tersembunyi yang selama ini ditutupi sudut wajahnya yang tajam nan galak. Caranya tertawa dan bergerak mendadak menyadarkan sang pacar gelap, Steven Ongadri, bahwasanya Sakti Soeryati memiliki sisi memesona yang tak terlalu ia perhatikan sebelumnya. Toh memang sedari awal ia memiliki rencana terselubung untuk bisa mendekati Kumang belaka.
Kumang, tak perlu disanggah lagi. Kecantikannya mumbul menyundul mega-mega. Ia mengenakan one piece swimsuit yang meski masih terlihat sopan dan tak seminim bikini, tetap saja membuat Steven Ongadri menahan nafas dan menelan ludah berkali-kali. Lekukan tubuh ramping nan tinggi semampainya itu seperti memang dirancang khusus untuk baju renang biru gelapnya.
Semua sahabatnya sadar benar bahwa begitulah Kumang dan segala pesonanya. Ia model, selebgram dan sejatinya seorang artis di luar sana. Namun, sudah sejak pertama berkumpul dalam lingkaran persahabatan ini, kebiasaan Kumang, termasuk cara berpakaian di pantai, tak menjadi perihal. Hanya Steven Ongadri yang perlahan menemukan rasa lebih yang bertumbuh hari demi hari dalam jiwanya.
Ombak memecah ketika menububruk tubuh Felisia Setyarini, Sakti Soeryati, Kumang dan Steven Ongadri. Keempatnya membalas dengan melemparkan tubuh mereka ke dalam air. Kesenangan naluriah dan alami ini sudah benar-benar menyedot mereka lebih dalam ke sebuah kegembiraan yang nyaris sempurna, paling tidak untuk saat ini.
Andini Sekartaji, sang introver berdiri di bawah bayang-bayang sebuah pohon kelapa hibrida di sudut lengkungan pantai. Baju terusan putih gading tanpa lengannya seakan bersinar mandiri bagai sebuah lampu jalan.
Kanigara Gatra yang sudah mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada siap untuk ikut turun ke pantai menyapa ombak laut pagi ini mendadak berhenti demi melihat sang gadis berdiri dalam diam.
Ia sebenarnya bingung harus bagaimana. Sejak awal keberangkatan mereka, komunikasinya dengan Andini Sekartaji berada dalam level yang aneh dan ganjil. Mungkin ini saatnya untuk memperbaikinya.