6nam

Nikodemus Yudho Sulistyo
Chapter #14

Potret

Berbagai pose telah dikeluarkan oleh dua jagoan yang kawakan di bidang jepret-menjepret: Kumang dan Felisia Setyarini. Setiap sudut tubuh mereka merupakan makanan yang lezat bagi kamera gawai pintar Steven Ongadri. Felisia Setyarini menunjukkan sisi kecentilan dan keriaan sebagai ciri khasnya. Senyum manisnya merekah, membuat wajahnya yang cantik semakin bersinar.

Namun, tentu tak ada yang bisa menandingi keanggunan dan kecantikan Kumang. Rambut panjang berombaknya tergerai indah bertahtakan cahaya keperakan mentari dan disapu angin yang membawa aroma batang pohon pinus. Tawanya melebar, keceriaan membayang di atmosfir hutan di sela-sela pepohonan dan dedaunan. Lengkungan pinggul yang berbentuk sempurna serta tungkai lengan dan kaki rampingnya bergerak seirama, menari-nari bernada.

Steven Ongadri menahan nafas ketika Kumang menatap penuh pesona ke arah kamera seakan langsung berserobok dengan pandangan matanya sendiri. Namun ia tak mungkin bereaksi berlebihan. Ada Sakti Soeryati ada di sampingnya.

“Enggak mau ikutan foto?” tanya Steven Ongadri kepada pacar gelapnya itu.

“Enggak ah. Aku ‘kan tidak secantik mereka,” balas Sakti Soeryati.

Steven Ongadri memberhentikan aktifitas memotoi dua sahabat mereka yang memang menarik tersebut sejenak. “Apa urusannya dengan cantik tidaknya?” protes Steven Ongadri. Ia mendekat ke arah Sakti Soeryati dan berbisik ke telinganya, “Yang penting kau ada di hatiku,” ujarnya gombal.

Sakti Soeryati spontan menahan senyumnya. Hatinya langsung berbunga-bunga tak terkira tanpa mengetahui bahwa Steven Ongadri hanya mencari alasan agar kegiatannya menikmati kecantikan Kumang tak sampai membuat pacarnya itu curiga. Dengan meminta Sakti Soeryati ikut berfoto, ia bisa mengambil lebih banyak foto Kumang dan memandangi pesonanya.

“Tapi, yang itu tuh juga tidak ikutan,” seru Sakti Soeryati berlagak manja sembari menunjuk ke arah Kanigara Gatra dan Andini Sekartaji yang berdiri saling berdampingan. Keduanya saling pandang tanpa bicara kemudian Kanigara Gatra mengangkat kedua bahunya sembari memandang balik ke arah Sakti Soeryati.

Steven Ongadri menghela nafas. “Ya sudah, sekarang giliran yang cewek-cewek dulu, nanti gantian,” ujarnya.

Alasan ini akhirnya diterima Sakti Soeryati yang sebenarnya malu-malu ingin difoto oleh Steven Ongadri pula. Ia sudah terlanjur beranggapan bahwasanya Steven Ongadri juga sama dengannya, sembunyi-sembunyi ingin memotretnya. Padahal yang terjadi berkebalikan sama sekali dengan apa yang ia pikirkan.

Tapi toh tetap saja kini semua perempuan berada dalam satu frame: Kumang yang paling menonjol dan paling menjadi perhatian di mata Steven Ongadri, Felisia Setyarini yang tak kalah cantiknya sibuk berekspresi, Sakti Soeryati yang kepercayaan dirinya meningkat karena beranggapan perhatian Steven Ongadri ditujukan seutuhnya padanya sehingga ia tak perlu merasa kalah gaya dibanding dua sahabat lainnya yang kawakan di bidang ini, serta Andini Sekartaji yang berdiri lebih banyak diam bergaya kaku sembari melirik malu-malu ke arah kamera atau Kanigara Gatra.

Dua pria, yang satu sedang memotret dan mengarahkan gaya, yang satunya diam berdiri bersandar pada sebatang pohon pinus tua, sama-sama merasakan dada mereka bergemuruh pelan namun teratur demi menyaksikan dua perempuan yang memiliki tempat di hati mereka berada di jarak pandang yang ideal untuk dinikmati, bagai melihat sebuah pertunjukan di atas panggung.

Lihat selengkapnya