Sakti Soeryati memandang ke arah samping. Andini Sekartaji tak menunjukkan emosi apapun, dingin. Keputusan melakukan ini, tanpa laki-laki yang mendampingi, sepertinya sudah diterima oleh semua anggota pelarian. Lagi-lagi Sakti Soeryati yang bersikeras untuk menciptakan imejnya sendiri sebagai perempuan batu yang galak nan tangguh. Seakan-akan sikapnya ini menjadi pembenaran bagi yang lain untuk menerima saja semangatnya yang dengan penuh percaya diri menepuk dada menunjukkan keberaniaannya.
Tidak ada yang mempertanyakan mengapa apakah memang Sakti Soeryani seberani itu. Ia memang galak, ia memang kerap kasar dan menyebalkan. Namun, sifat-sifat itu tidak ada hubungannya dengan nyali dan rasa takut.
Kumang, yang cukup mengenali sepupunya itu tak kuasa untuk mempertanyakan lagi karena ia sendiri memiliki ketakutan yang tak bisa ditutupi dalam menghadapi wahana Rumah Hantu tersebut. Ia setuju untuk membeli tiket dan masuk ke Rumah Hantu karena yang lain, bahkan Felisia Setyarini si penakut, memutuskan untuk ikut. Sisanya, ia tak mau berpikir lebih jauh. Yang penting bisa menyelesaikan wahana terakhir ini.
Steven Ongadri meski memiliki alasan lain yang berbeda dengan Kanigara Gatra mengenai Sakti Soeryati, tetap sama-sama tidak mempermasalahkan apapun. Kanigara Gatra, melihat Andini Sekartaji yang beraut wajah dingin dan bermental baja itu tentu tak khawatir bahwasanya gadis masuk ke wahana bersama Sakti Soeryati. Dua perempuan itu mungkin malah akan membikin frustasi para awak wahana.
Steven Ongadri, tak peduli. Ia sudah mendapatkan ijin dari dan kesepakatan dengan pacar gelapnya itu. Tentu demi tujuan menyembunyikan hubungan rahasia mereka.
Namun, Sakti Soeryati tetaplah seorang perempuan yang memiliki sisi rapuh di hati yang meski dibalut dengan cangkang pertahanan diri dalam bentuk sifat galaknya. Pertahanan diri juga dimiliki Felisia Setyarini dalam rupa keceriaannya, atau mungkin Andini Sekartaji dengan kekakuan dan dinginnya. Yang jelas, Sakti Soeryati mendadak merasa menyesal terlalu bersemangat bahkan menjadi pencetus ide pertama menikmati wahana horor ini ketika sepasang kakinya melangkah masuk ke dalam lorong Rumah Hantu melalui gerbang diantara sepasang taring raksasa kemudian tenggelam di dalam keremangan cahaya.
Gadis itu berusaha tak gentar dan bertanggung jawab atas keputusannya sendiri. Ia harus mengalahkan rasa takut yang bisa menjadi tanda kelemahan dan kegagalannya.
Andini Sekartaji, gadis yang paling misterius, hanya terbuka pada kelompok pelarian ini dan itupun masih menyisakan banyak teka-teki, berjalan pelan namun pasti, masuk ke dalam wahana agak di belakang Sakti Soeryati bagai melayang.