6nam

Nikodemus Yudho Sulistyo
Chapter #26

Cahaya

Mendengar penuturan Kumang, Steven Ongadri kini yang menjadi kesal. Harusnya momen ini ditutup dengan wajah cantik Kumang yang ketakutan tetapi penuh rasa terimakasih karena seorang Steven Ongadri ada di sisinya, melindungi dan membimbing dirinya melewati tantangan teror yang ada di lorong dan setiap kelokan. Entah apa yang terjadi, Kumang sepertinya berubah menjadi sosok yang sombong dan menyebalkan dengan berpura-pura tidak melihat awak wahana Rumah Hantu yang berperan sebagai sosok kuntilanak mengambang di udara tersebut.

Emosi Steven Ongadri sepertinya sedang disentil. Ia melepaskan tangan Kumang yang melingkar di lengannya. “Oh, jadi ini permainanmu, Kumang?” ujarnya sebagian bercanda sebagian bertanya-tanya, sebagian kesal dan sebal, sebagian penasaran dengan reaksi dan respon gadis itu.

Kumang terlihat terkejut dan heran serta menatap Steven Ongadri. “Permainan apa, sih? Ayo cepat kita keluar,” ujar Kumang cenderung merintih memohon.

“Kau bilang tidak melihat kuntilanak ini?” ucap Steven Ongadri sembari menunjuk ke sisi kanannya.

Mata Kumang mengikuti ke arah yang ditunjukkan Steven Ongadri. Ia menggeleng kuat-kuat. “Aku tak melihat apa-apa, Stev. Jangan menakut-nakuti aku dong. Please, kita keluar dari sini,” ujar Kumang sembari berusaha kembali merenggut lengan Steven Ongadri.

Wajah cantiknya memelas. Steven Ongadri merasakan sebuah pertempuran batin di dalam dirinya. Ada apa dengan Kumang? Wajah memelasnya itu terlihat sungguhan, masih sama cantik dan menggemaskannya. Bahkan membuatnya ingin kembali menjadi sosok pahlawan dan pembimbingnya. Namun, bagaimana mungkin ia tak melihat sosok nyata di sampingnya yang masih meneteskan air mata darah itu? Bagaimana mungkin Kumang tega bermain-main peran dari yang semula terihat manis dan lemah menjadi pemberani dan menganggap sosok kuntilanak mengerikan itu sebagai lelucon. Atau selama ini Kumang memang sebenarnya tak merasa takut sama sekali dan hanya mengerjainya?

Kejadian ini sepertinya sepele, tetapi nyatanya sangat melukai kejantanan dan harga diri Steven Ongadri.

Ia berpaling dari Kumang dan menepis tangan lembut gadis itu yang masih berusaha menggandengnya, kemudian berjalan meninggalkan Kumang seorang diri. “Kalau kau memang berani, jalan saja sendiri, Kumang,” serunya.

Kumang terlalu bingung dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Secara alamiah ia kembali menatap ke arah yang ditunjukkan oleh Steven Ongadri dengan takut-takut, khawatir ia tadi tidak memperhatikan. Ternyata demi Tuhan ia memang tak melihat apa-apa. Ia bahkan melihat ke sekeliling untuk memastikan apakah ia benar-benar tidak dapat menemukan sosok atau apapun yang ditunjukkan Steven Ongadri. Dan sekali lagi, memang tidak ada sesuatu apapun yang terlihat kecuali dinding dan lembaran kain-kain gelap yang menjuntai di sana-sini.

Lihat selengkapnya