6nam

Nikodemus Yudho Sulistyo
Chapter #29

Obat Penawar

Kumang berpose di samping Sakti Soeryati, di depan layar kamera gawai pintar Steven Ongadri. Ada kemiripan yang tercetak di garis-garis wajah keduanya. Namun, Kumang jauh lebih menonjol. Kecantikan Kumang tiada tara. Itu batin Steven Ongadri.

Gadis bertubuh ramping dan bertungkai jenjang itu padahal hanya mengenakan celana tiga perempat kendur dan kemeja berwarna gelap yang jatuh indah di tubuhnya. Namun, pesonanya bersinar terang di taman, mentari memantulkan cahaya melalui kulitnya yang cerah nan segar. Rambut panjang berombaknya bermain-main dengan liar di wajah tajam nan tegasnya. Sepasang matanya bersinar terang dan jerih, seakan merespon lensa kamera gawai pintar Steven Ongadri dan menciptakan hasil jepretan yang selalu sama memesonanya. Caranya melenggokkan tubuh, memainkan rambut, mengganti-ganti mimik wajah atau sekadar menggeserkan kaki sempurna adanya. Bagai setiap otot dan syarafnya tunduk dibawah kuasa penuh Kumang sang jelita.

Nampak-nampaknya Steven Ongadri tak akan bisa menahan diri terlalu lama lagi. Kejadian tadi membuatnya menyadari beberapa hal. Ia memang terlalu terbawa emosi. Ia akui itu. Ia ingat dengan wajah takut dan memelas Kumang ketika ia tinggalkan di lorong terakhir wahana Rumah Hantu tersebut. Laki-laki macam apa dia ketika gadis yang ia sukai sedang membutuhkannya, ia malah sibuk dengan egoismenya. Ia sadar, Kumang membutuhkan laki-laki seperti dirinya. Itu adalah hal yang dengan percaya diri ia sadari.

Semakin ia perhatikan, semakin Steven Ongadri yakin bahwa Kumang adalah gadis yang tepat dimilikinya. Awalnya, bersahabat baik dengan Kumang dan menjadi circle utamanya saja, ia sudah senang dan merasa beruntung. Namun, sekarang, melihat dan memahami perilaku, tindak tanduk dan perhatian gadis itu kepadanya, membuat semua daya upaya dirinya selama ini harus segera direalisasikan.

Steven Ongadri memandang Kumang dengan penuh puja. Ia bahkan tak lagi memperhatikan pacarnya sendiri. Untungnya sementara ini Sakti Soeryati sama sekali tidak bisa menangkap apa yang sedang terjadi. Kumang, yang sedari awal sebenarnya paham dengan tujuan Steven Ongadri dan bahkan sempat sengaja menggodanya sekalian. Akan tetapi, hari ini, ia tak mau peduli lagi.

Berkebalikan dengan apa yang bercokol di dalam kepala Steven Ongadri, kerumitan hubungan di balik layar persahabatan ini juga hadir di dalam pikiran Kumang.

Melihat Kanigara Gatra yang menjagai Felisia Setyarini, dalam caranya yang sederhana, menunjukkan bahwa laki-laki itu memang memiliki sifat perhatian dan penyanyang yang ia sangat sukai. Menurut Kumang, Felisia Setyarini adalah sahabat mereka yang paling rapuh setelah Andini Sekartaji. Keberadaan Kanigara Gatra entah bagaimana membawa angin segar bahkan elixir atau obat penawar bagi permasalahan dan ketakutan Felisia Setyarini. Itu juga telah dijelaskan gadis itu tadi. Kehadiran Kanigara Gatra yang telah lama tak terdengar kabarnya itu nyata-nyata menjadi sebuah kebutuhan bagi kelompok ini, terutama Felisia Setyarini, termasuk dirinya.

Cara laki-laki itu memperlakukan Felisia Setyarini dan dahulu pada Andini Sekartaji, sudah berhasil menunjukkan kepada Kumang bahwa Kanigara Gatra adalah sosok laki-laki yang ia cari. Perilaku histeris Felisia Setyarini tadi malah menjadi sebuah kejadian signifikan dalam diri Kumang. Ia berbunga-bunga membayangkan bila Kanigara Gatra sampai menjadi pasangannya, pastilah ia akan diperlakukan bak putri oleh laki-laki itu. Memang, menilik fisiknya, tak ada seorang laki-laki pun yang tak memujanya, tetapi Kanigara Gatra bukanlah laki-laki yang lain, laki-laki kebanyakan. Ia adalah seorang Kanigara Gatra.

Kumang tersenyum-senyum sendiri.

Lihat selengkapnya