6nam

Nikodemus Yudho Sulistyo
Chapter #31

Rayuan

Steven Ongadri sudah sadar sedari lama bahwa ia tidak tampan maupun beruang. Usaha keluarga nyatanya sama sekali tak menjamin bahwa nasibnya bisa sebaik kedua orang tuanya tersebut. Ia tetap saja harus sama gesit dan sama cekatan dengan orang tuanya agar bisa mendapatkan hasil yang serupa. Steven Ongadri bukan seorang pemalas, tapi juga tidak bisa dikatakan gigih dan luwes dalam berbisnis. Oleh sebab itu cukuplah ia diserahi tanggung jawab mengurus manajemen di usaha penyewaan mobil oleh sang ayah.

Namun, disamping kesadaran bahwa ia bukan seorang laki-laki spesial karena kaya atau populer atau good looking, bukan berarti ia tahu diri. Kemampuan berbicara dan bergaulnya memang sangat baik. Laki-laki ini mampu berbicara panjang lebar dengan berbagai tema kepada hampir kepada siapapun.

Dan jangan salah, diluar circle pertemanan para pelarian ini, Steven Ongadri memiliki rekor berpacaran mengalahkan siapapun diantara teman-temannya tersebut. Ini sekali lagi bukan karena Steven Ongadri memiliki pesona yang membuat dia gampang disukai lawan jenis, tetapi laki-laki ini ironisnya memang sangat militan dan penuh ambisi dalam masalah percintaan dan hubungan dengan lawan jenis. Ia memiliki kebutuhan kuat untuk memiliki pendamping dengan beragam alasan. Agar ia tak sendiri, misalnya. Alasan lain, Steven Ongadri harus menjadi seseorang yang memiliki kontrol. Control freak, seperti apa yang dikatakan Sakti Soeryati. Memiliki seorang pacar, memutuskannya, kemudian mencari pacar lain, adalah bentuk permainan mentalnya sendiri.

Andini Sekartaji, telah lama ia incar. Gadis itu menurut Steven Ongadri memiliki kelas yang tidak setinggi Felisia Setyarini apalagi Kumang. Namun, bila harus dibandingkan dengan Sakti Soeryati yang galak itu, Andini Sekartaji bak seorang dewi.

Keluguan dan kepolosan sang gadis membuat Steven Ongadri penasaran. Ia juga tertantang untuk menundukkan gadis yang berada di dalam circle pertemanan tersebut. Istilah playboy atau laki-laki buaya dianggap terminologi murahan baginya. Steven Ongadri dengan bangga mendefinisikan dirinya sendiri sebagai seorang lelaki penguasa, seorang petarung dan petualang, seorang pemburu.

“Kau tahu kalau kau itu cantik, An?” pancing Steven Ongadri setelah lama mencari cara dan waktu yang tepat.

Andini Sekartaji, tersenyum samar di balik rambut panjang, hitam dan lurusnya. Ia melirik ke arah Steven Ongadri yang duduk di sampingnya. Mereka berdua, bersama para pelarian, saat itu menggunakan akhir minggu untuk berkumpul di sebuah café. Ketika anggota yang lain sedang tersebar, sibuk berfoto atau mengobrol, Steven Ongadri mendekati Andini Sekartaji.

“Jadi sekarang kau mencoba menggoda temanmu sendiri, Stev?” balas Andini Sekartaji mencoba terdengar santai.

“Bukan begitu. Aku jujur kok, An. Aku juga jujur mengatakan kalau memang Kumang yang paling cantik diantara teman-teman perempuanku di kelompok kita, tapi bukan berarti kau tak menarik sama sekali, An. Nah, cukup jujur, bukan?”

Lihat selengkapnya