6nam

Nikodemus Yudho Sulistyo
Chapter #34

Takut

Kanigara Gatra menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. “Mengapa aku tak percaya bahwa kamu adalah seorang gadis seperti itu, An?”

Andini Sekartaji mengedarkan pandangan ke arah lain, kemudian kembali menatap Kanigara Gatra. “Apakah karena rambut lurusku? Karena gaya berpakaianku? Karena raut wajahku yang polos dan manis?”

Kanigara Gatra menghela nafas. Ia mencoba memandang perubahan raut muka gadis itu untuk mencari makna tertentu di dalamnya. Namun, ia tak menemukannya sama sekali. Wajah ayu gadis yang telah lama ia kenal itu tetap tenang cenderung dingin dan tak beremosi.

“Lalu, kamu masih diam-diam berpacaran dengan Steven?” tanya Kanigara Gatra. Tak ada percikan rasa kecewa atau sedih di dalam hatinya. Ia sendiri heran ketika menanggapi kenyataan yang diutarakan Andini Sekartaji, ia tidak bereaksi dengan berlebihan. Mungkin karena waktu satu tahun cukup lama untuknya merasa tersiksa sehingga ketika hari ini datang, Kanigara Gatra sudah terlanjur kebal. Atau, perlahan rasa yang semula ada itu perlahan-lahan mulai berkurang dan malah menghilang.

“Apakah kamu masih meminta jawaban dariku, Gat?” Andini Sekartaji tidak menjawab pertanyaan Kanigara Gatra tersebut dan malah mengajukan pertanyaan lain.

Kanigara Gatra mendengus pelan kemudian terkekeh. “Aku sudah tahu jawabannya, An. Intinya, sedari awal kamu tidak memiliki perasaan yang sama denganku. Aku tertipu selama ini dengan segala diam dan ketenanganmu. Aku memang dulu berharap terlalu banyak dengan berpikir untuk menjadi sosok yang dapat menjaga dan melindungimu,” jawab Kanigara Gatra. Ada nada kepedihan dibalik setiap kalimat yang ia ucapkan.

Angin semilir mendadak datang mengalir menggoyangkan ranting dan dedauhan, bahkan menerbangkan sejumput pasir dan debu yang bertaburan di atas lahan parkir dari susunan paving block, tetapi seperti tak berhasil mengganggu rambut panjang Andini Sekartaji.

“Sekarang kamu tahu siapa aku sebenarnya. Gadis polos, pemalu dan tertutup itu sebenarnya tidak ada. Selama kita bersahabat, kamu sudah melakukan yang terbaik, Gat. Kamu menjadi sosok orang yang hangat dan perhatian, tidak hanya bagiku, tetapi juga Sakti, Felisia dan Kumang. Ada gadis lain yang berhak mendapatkan cinta dan kasih sayangmu. Dan itu bukan aku.”

Kanigara Gatra kembali menghela nafasnya. Rasa sakit yang semula ia pikir tak ada nyatanya pelan-pelan serasa ingin mendobrak keluar, menyobek lapisan jiwanya dan menyembur keluar.

“Lalu, Steven?” Kanigara Gatra kembali menanyakan hal yang sama yang belum sempat dijawab Andini Sekartaji.

Gadis itu memandang tajam ke arah Kanigara Gatra. Sepasang bibirnya perlahan membuka, membentuk semacam senyuman yang lebih berupa seringai. “Dia tak akan pernah lepas dariku. Selamanya.”

Kanigara Gatra mengernyit. Cara Andini Sekartaji mengatakan ‘selamanya’ membuatnya sedikit ngeri.

“Gat … kamu disana?!” seru Sakti Soeryati dari kejauhan.

Kanigara Gatra berbalik dan melambaikan salah satu tangannya kepada Sakti Soeryati yang berjalan cepat ke arahnya diikuti Steven Ongadri di belakangnya. Ketika ia kembali berbalik, Andini Sekartaji berjalan pelan ke sisi mobil dan menghilang.

Lihat selengkapnya