6nam

Nikodemus Yudho Sulistyo
Chapter #36

Diam

Steven Ongadri meradang membaca pesan yang muncul di layar gawai pintarnya. Ia baru sempat membaca pesan pribadi dari Sakti Soeryati maupun rentetan percakapan di dalam chat group baru yang dibuat Sakti Soeryati pula.

Nama Andini Sekartaji kembali mencuat setelah lama gadis itu tidak menjadi pusat perhatiannya lagi.

Steven Ongadri tidak khawatir dan tidak takut. Ia hanya terkejut. Misinya sekarang sudah jelas, yaitu Kumang. Ia tak peduli bila harus menyakiti hati gadis lain. Bila memang kelak Kumang telah berhasil ia miliki, biarkan urusan Sakti Soeryati dan sepupunya itu menjadi urusan lain yang menyusul.

Sudah lama ia bosan dengan Andini Sekartaji. Gadis yang hidup dalam diam itu hanya berbunyi ketika mereka bercumbu. Namun ketika ia sungguh berbicara, ia meminta kembali sebuah pengakuan. Andini Sekartaji sudah beberapa kali menuntut agar Steven Ongadri menjelaskan kepada para sahabat bahwa mereka telah resmi memiliki sebuah hubungan asmara. Beberapa kali juga Steven Ongadri berkelit dengan berbagai alasan.

Andini Sekartaji mungkin sedikit polos, tapi jelas ia bukan seorang gadis yang bodoh. Sebentar kemudian ia bisa mengendus niat buaya Steven Ongadri untuk menggantung hubungan mereka dan menikmati apapun yang ada pada dirinya dan hubungan gelap tersebut. Namun sekali lagi, Steven Ongadri lebih licik. Ia memanfaatkan ketergantungan Andini Sekartaji pada dirinya serta kelemahan lain gadis itu, ketertutupan dan ketidakmampuannya berbicara.

Andini Sekartaji tak memerlukan waktu lama ketika tidak setuju dengan argumentasi orang lain. Saat bertengkar dengan Steven Ongadri misalnya, hanya membutuhkan satu atau dua kalimat saja untuk membuat gadis itu kembali terdiam. Seberapapun cerdasnya gadis itu, ia selalu menemukan kesulitan menata kata, merangkai kalimat dan menyalin ide ke dalam bahasa. Ia merutuk pada kutukannya.

Masa-masa ia ‘kalah’ berdebat semacam ini menjadi titik rendah dalam kehidupan Andini Sekartaji. Kalau sudah begini, ia cenderung menarik diri dan bersembunyi di kamar kosnya dan menangis dalam diam.

Kanigara Gatra, sahabatnya yang telah lama ia kenal tersebut memang seorang laki-laki yang peka. Meski ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada diri Andini Sekartaji, ia tahu pasti bahwa sahabat perempuannya itu sedang dirundung sebuah masalah. Ia datang mengetuk kamar kosnya dengan membawakan dua gelas plastik jus jeruk peras dingin. “Bisa membuat mood bagus,” katanya.

Andini Sekartaji tersenyum tulus dan mempersilahkan Kanigara Gatra masuk. Keduanya duduk di depan televisi menonton tayangan acara secara acak. Keadaan seperti ini yang sangat dibutuhkan sang gadis karena Kanigara Gatra tak pernah sibuk menanyai masalah yang terjadi padanya. Padahal, bila sedikit mendesak, mungkin sekali Andini Sekartaji akan menyeritakan semuanya semampunya. Namun, begitulah Kanigara Gatra. Tugasnya hanya membuat Andini Sekartaji kembali nyaman. Di dalam diamnya Andini Sekartaji, Kanigara Gatra terus bercerita tentang beragam hal, dengan perlahan, tidak terlalu nyerocos dengan ributnya.

Lihat selengkapnya