6nam

Nikodemus Yudho Sulistyo
Chapter #40

Interaksi

Felisia Setyarini dan Kumang tersenyum luar biasa sumringah. Dua gadis cantik itu seperti dua mahluk sejenis yang akhirnya dilepaskan ke habitatnya. Felisia Setyarini menguncir rambut pirang dan ungunya. Ia mengenakan kaos berwarna kuning stabilo ngejreng ditutupi jaket jeans oversized yang menggantung kendur di tubuhnya yang mungil. Bagian bawah tubuhnya ditutupi rok lebar berwarna gelap yang panjangnya sedikit saja di atas lutut, sedangkan kakinya dibalut sepasang boots dengan kaus kaki pendek yang hampir tak terlihat, tenggelam di balik leher sepatunya. Gaya berpakaiannya yang serba nabrak itu nyatanya menjadi ciri khas dan malah membuatnya terlihat sangat menarik.

Kumang beda lagi. Tungkai tangan dan kakinya yang jenjang dibalut pakaian berwarna pastel. Atasannya adalah kaus lengan panjang dengan kerah rendah dan lebar, memamerkan bahunya yang indah. Sedangkan kakinya ditutupi celana jeans longgar dan lebar sebetis, kembali memamerkan sebagian kakinya yang jenjang dengan sepasang sneakers yang talinya diikat sekadarnya.

Dua gadis fashionable ini seperti diciptakan untuk menjadi pusat perhatian di tengah-tengah orang banyak. Sungguh sebuah ironi mengingat Kumang tak nyaman berada di dalam sebuah lingkaran pertemanan dengan anggota yang terlalu banyak dan glamor meski ia sendiri adalah seorang model dan selebgram terkenal. Sedangkan, seperti diketahui, Felisia Setyarini adalah gadis penuh dengan trauma dan hanya tenang berada di circlenya yang satu ini, para pelarian.

Para kumpulan pertemanan ini benar-benar menggunakan waktu untuk berjalan-jalan di mall terbesar di kota tersebut, yang meski masih kalah dibandingkan beberapa mall di kota tempat mereka tinggal, tetap saja cukup menyenangkan karena sesuai kata Sakti Soeryati kepada Kumang, kesempatan bersama adalah yang paling utama.

Kumang dan Felisia Setyarini menyeret teman-teman mereka ke gerai busana dan bahkan ke aksesoris wanita. Tidak ada yang keberatan. Setelah itu, Kanigara Gatra yang sepakat dengan Kumang serta melirik ke arah Andini Sekartaji yang tersenyum tipis ke arahnya, memaksa yang lain untuk ke toko buku, salah satu dunianya. Sakti Soeryati dengan tak sabar melanjutkan perjalanan seorang diri ke foodcourt hingga harus dikejar teman-temannya. Mereka menyantap takoyaki, waffle, es krim dan gelato, sampai hotdog dan hamburger.

“Belum lengkap kalau kita tidak ngopi nih, guys,” seru Steven Ongadri sembari menggigit waffle panasnya yang dililit kertas pembungkus.

“Oke. Kita ke lantai paling atas saja kalau begitu. Di dekat bioskop ada coffeeshop tuh, di rooftop pula. Seru sepertinya kalau kita nongkrong di sana,” balas Kumang.

Lihat selengkapnya