Belum genap satu tahun Asoka bekerja di Jakarta, ia sering ditelfon Aniela untuk pulang karena merindukannya.
Begitulah perempuan, ia rapuh dengan rindu. Dan kadang hanya bisa dibayar dengan temu.
Suatu hari ketika Asoka sedang berada di kantor, ia mendapat telfon dari Aniela,
“Ayah sakit Ka, dia pengin ketemu sama kamu”
“Iya, besok aku ke Jogja”
“Janji yah”
“Iya aku janji, salam yah buat ayah, mamah, sama Rara”
“Iya”
Baru saja mematikan telfon, atasannya datang menemui Asoka,
“Asoka”
“Iya pak?”
“Ini ada project gede, pak Agung memilih perusahaan kita untuk bekerja sama, uangnya cukup besar, dan jika kamu sukses menjalankan project ini gaji kamu akan saya naikan plus dapat uang bonus, satu lagi, kamu akan saya angkat menjadi wakil direktur di perusahaan ini.”
“Jadwal meeting kapan yah pak?”
“Besok”
“Tapi saya kan udah ambil cuti buat besok pak, dan bapak juga udah ngizinin.”
“Berarti izin cuti kamu saya cabut.”
“Tapi pak?”
“Tidak ada tapi-tapian Asoka, besok meeting atau cuti selamanya. Saya tunggu jawabannya besok.”