/Wedding Dress/
Tepat di bulan kelima menuju pernikahannya, Asoka yang ditemani Aniela pergi ke vendor khusus gaun pengantin. Sesampainya di tempat, Asoka dan Aniela terkejut dengan orang yang akan melayani mereka dalam memilih gaun, orang tersebut terlihat seperti mas Roy, orang yang menyambut mereka saat pemilihan konsep pernikahan.
“Mas Roy?” Ucap Asoka dan Aniela bersamaan.
“Pasti kalian habis dari wedding organizer yang didalemnya ada bioskop ya?”
“Perkenalkan saya mas Rey, kembarannya mas Roy” mas Rey memperkenalkan dirinya.
“Ohhh yaampun, mas Rey mirip banget loh sama mas Roy, dari tatto nya, rambutnya, style bajunya, antingnya, terus ngonde...” Asoka berhenti berkata.
“Ngondeknya?” ucap mas Rey sedikit ngegas.
“Maaf mas Rey, bukan bermaksud,”
“Oh ya saya Asoka mas, dan ini Aniela”
Asoka dan Aniela, di ajak melihat-lihat gaun dan jas pengantin oleh mas Rey, satu persatu Asoka memilih jas dan ia coba kenakan, Asoka terlihat puas dengan jas warna pink yang simple,elegant, dan tidak terlalu lebay.
“Nah kayaknya ini cocok buat mas Asoka, juga pas dengan konsep pernikahannya yang dominan warna pink” ucap mas Rey setelah memandang Asoka dari jauh.
“Gimana menurut kamu La?”
“Cocok sama kamu, warnanya pink tapi kamu masih keliatan maco” kata Aniela sambil mengacungkan dua jempol tangannya.
“Okk aku pilih ini mas Rey.”
Mas Rey memanggil asistennya untuk mengukur badan Asoka.
“Sekarang ayo kita pilih gaun untuk mba Aniela calon mempelai wanitanya” kata mas Rey selesai mengukur badan Asoka.
“Ka? Emang aku sama Talia ukuran badannya sama?” bisik Aniela pada Asoka.
“Sama kok, dia persis kaya kamu.”
“Ayo mempelai wanitanya, saya tunjukkan pilihan gaun-gaunnya” ajak mas Rey.
“Bukan dia mempelai wanitanya mas Rey, dia mantan aku yang sedang bantuin pernikahanku, kebetulan calon saya badannya mirip sama dia.”
Ucapan Asoka seketika membuat hati Aniela tersentak, dan tak menyangka Asoka akan mengucapkan kata-kata itu pada mas Rey. Meski ia tutup-tutupi, wajah kesalnya masih terlihat jelas, sorot matanya memandang tajam Asoka.
“Oh my god, mba Aniela mantan mas Asoka? Mantan yang baik hati mau menemani pernikahan mantannya sendiri haha... upsss” ucap mas Rey.
Ucapan mas Rey membuat Aniela semakin kesal, dia merasa dipermalukan oleh Asoka, tanpa pikir panjang Aniela langsung pergi keluar meninggalkan Asoka. Asoka mengejar Aniela dan berhenti di depan vendor.
“Kamu kenapa sih La?” tanya Asoka.
“Kamu masih tanya kenapa? Jelas-jelas kamu mempermalukan aku didepan mas Rey, dan kamu masih tanya kenapa?” mata Aniela menatap tajam tak berkedip sedikitpun, ia sangat marah dengan Asoka.
“Emang gitu kan kenyataannya?, kamu sudah jadi mantan aku.”
“Aku nggak mau ngukur baju, titik” tegas Aniela.
“Yaudah kalo kamu nggak mau, besok aku telfon Talia buat ngirim ukuran bajunya, aku juga mau bayar desainer dari Jakarta, nggak jadi pilih disini kok.”
“Kenapa ngga dari dulu aja kamu telfon pacar kamu itu buat diskusiin semuanya?, kenapa baru sekarang?”
“Oh jadi kamu selama ini nggak ikhlas nemenin aku?” sahut Asoka
“Aku nggak ngerti lagi apa yang ada dipikiran kamu Ka” ucap Aniela lalu pergi meninggalkannya, namun ditahan Asoka.
Asoka menahan Aniela dan tiba-tiba tertawa, Aniela kebingungan dengan tingkah Asoka.
“Aku minta maaf La, aku Cuma kangen aja kalo kamu marah kaya gini” ucap Asoka memegang kepala Aniela.
“Asoka!” ucap Aniela marah tapi manja.
“Nah itu tuh... itu yang paling aku kangen, marah manja-manja gitu hahaa...”
“Nggak lucu tau!” kata Aniela masih dengan marah manjanya.
“Sebagai ganti minta maaf aku, hari ini kamu bebas ngajakin aku kemana saja dan makan apa saja gratis pake motor aku, gimana? Diterima atau nggak?”
“Terus cari gaun pengantinnya?”
“Udah, kan masih ada besok dan besoknya lagi, kita rancang sendiri aja jas dan gaun pengantinnya.”
“Okk permintaan maaf diterima.”
Hari itu Asoka dan Aniela menghabiskan waktunya bersama sampai malam hari, dan berakhir di pantai parangtritis, mereka berbaring di tepi pantai memandang bulan.
“Kita disini lagi ya La.”
“Iyah.”
“Kelihatannya rembulan diatas sana marah sama kita La.”
“Deburan ombak juga kedengarannya sedang memaki-maki kita Ka.”
Asoka bangkit dari baringannya lalu duduk.
“La bangun La...”
“Kenapa?” Aniela duduk
“Kita minta maaf yuk.”
“Minta maaf?”
“Iyah, kita minta maaf ke rembulan sama ombak, kita kan udah ngecewain mereka karena kita berpisah.”
“Caranya?”
“Gampang, nanti ikutin aku ya.”
Asoka berdiri dan melangkah mendekati pantai, kemudian dia berteriak dengan kencang,
“Rembulan, Asoka minta maaf”
Asoka menghampiri Aniela dan mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri.
“Ayo, sekarang giliran kamu” pinta Asoka.
Aniela berdiri lalu mereka berdua mendekati pantai, Aniela berteriak,
“Rembulan, Aniela juga minta maaf”
“Sekarang kita minta maaf ke ombak, aku dulu ya.”
“Iyah.”
“Ombak... Asoka minta maaf....”
“Ombak... Aniela juga minta maaf...”
Mereka berdua tertawa bersama lalu kembali membaringkan tubuhnya di pasir pantai parangtritis.
“Aku selalu gagal melakukan yang terbaik untuk kamu La, aku ternyata merpati yang cacat, tidak pernah mengerti tentang dirimu, mungkin aku bukan yang terbaik untuk kamu, maaf yah La” ucap Asoka namun tidak ada jawaban dari Aniela,
“La?” Asoka bangun dan melihat Aniela, ternyata Aniela tertidur dengan mulutnya yang mangap. Asoka tersenyum melihatnya tertidur seperti itu,
“Cantik dan anggun...” ucap Asoka dilanjut mangguk-mangguk,