7 Life Crystals Book II

Koibumi Alana
Chapter #2

Perjamuan Di Istana Archambria

Kerajaan Archambria berada di wilayah tergersang di daratan Crymane. Sekelilingnya hanya ada gurun pasir. Satu-satunya pijakan keras, tanah kering yang dianggap tidak memiliki harapan itulah menjadi pilihan sebagai tempat tinggal yang aman. Namun tidak hanya itu saja, beberapa tanaman dapat tumbuh di tanah tersebut. Karena itulah wilayah ini dimanfaatkan oleh orang-orang yang menjadi pendiri Archambria membangun pemukiman.

Yula mengingat-ingat kembali sebuah buku yang pernah ia baca di perpustakaan istana Hearthose. Sejarahnya Archambria ialah sekelompok budak yang berhasil kabur dari kerajaan kejam dan berusaha menata ulang kembali kehidupan di tanah yang dianggap sebagai wilayah tidak pantas ditinggali. Mereka dapat bertahan hidup karena kesabaran, usaha, serta harapan pada Tuhan tiada putus-putusnya. Hingga pada akhirnya Archambria menjadi sebuah kerajaan besar sampai sekarang.

Mengapa Yula membaca buku sejarah Archambria? Pada dasarnya Yula memang suka membaca berbagai macam buku. Namun alasan lain ialah karena ibundanya, Ratu Amaria Athhra, lahir dan besar di kerajaan ini. Itu berarti keluarga kerajaan Archambria juga merupakan keluarga baginya.

“Dinding perbatasan wilayah kerajaan ini sangat tinggi,” gumam Yula. “Katanya supaya melindungi pemukiman warga di dekat perbatasan dari badai gurun?”

Lima menit perjalanan mereka telah melewati dinding perbatasan. Kini iring-iringan kereta Putri Woerlt beserta pengawal dari istana menelusuri sisi luar pemukiman warga. Rumah-rumah dibangun dari batu dan bata yang kokoh dengan atap datar. Dari rumah satu ke rumah lain juga terlihat begitu dekat hingga Yula merasa dapat main kejar-kejaran di atas sana.

Setelah pemukiman mereka melewati perkebunan yang mana pohonnya tumbuh lurus tinggi tanpa cabang, barulah di ujungnya ada sedompol buah dan tulang daun berpelepah. Tinggi pohon itu bisa mencapai tujuh meter.

Yula melihat petani memanen buah yang sangat tinggi itu dengan magica—seseorang membangun tangga dari tanah lalu mempertahankannya, kemudian ada orang yang menaikinya untuk mengumpulkan buah-buah tersebut dan orang itu akan menjatuhkan karung-karung berisi buah itu ke bawah dengan magica angin atau tanah, dan ada orang lain yang bertugas menyambut hasil panen tersebut dengan bantuan magica yang dimiliki masing-masing.

“Hebat,” gumam Yula terkagum-kagum.

Jika dibandingkan dengan masyarakat Hearthose yang sesungguhnya tidak terlalu memiliki magica besar, cara penduduk Archambria beraktivitas yang tidak lepas menggunakan magica membuat Yula takjub. Terlebih lagi, setelah memasuki wilayah ini ada sesuatu yang mengganjal pikirannya. Barulah ia mengerti apa dirasakannya ialah aliran mana yang melimpah di tanah gersang tersebut.

“Kak Lacus,” panggil Yula sedikit berbisik dan mencondongkan badan ke Putri Woerlt, “Archambria keren! Mana melimpah di wilayah ini!”

Lacus terkekeh pelan. “Kamu baru menyadarinya?”

Sementara Esha menoleh sesaat ke arah dua gadis di sebelah kirinya, terheran-heran sendirian. Bisik-bisikan Yula masih bisa ia dengar. Pemuda itu bergumam, “Pantas saja terasa…,” tubuhnya begitu nyaman padahal sinar matahari begitu terik di atas kepala.

“Kan?” Yula membungkuk sedikit ke arah Esha. “Di buku fakta ini tidak ditulis sama sekali! Pantas saja aura orang-orang Archambria terasa berbeda! Rakyat biasa bisa mengendalikan magica dengan leluasa. Dan kerajaan ini dipenuhi berkah mana tak kasat mata yang sangat melimpah!”

Melewati perkebunan, langit sepenuhnya gelap total. Pengawal yang bertugas membawa obor segera menyalakan api untuk menerangi jalan. Yula sendiri bergegas menghidupkan lampion di sisi kereta yang terdekat dengannya.

Sementara itu jalan yang mereka tempuh mulai menanjak. Dari jauh mereka sudah bisa melihat sebuah bagunan besar tanpa pagar berada di puncaknya.

Pangeran Naoth yang sedari berkendara tanpa bersuara pun kini menoleh ke arah Putri Woerlt. “Selamat datang di rumah kami, istana Archambria, Tuan Putri.”

Lacus dan dua rekannya terpukau. Bangunan di hadapan mereka jauh berbeda dari penggambaran istana biasa. Berandanya luas dengan pilar-pilar berdiri kokoh menompang atap. Dari luar saja dapat dipastikan bangunan tersebut hanya memiliki dua lantai. Mungkin jika dibandingkan dengan pemukiman penduduk, bangunan ini lebih mewah, akan tetapi sama sekali tidak terlihat seperti istana. Namun karena lokasinya berada di tanah yang jauh lebih tinggi dari pemukiman warga dan dijaga ketat oleh pengawal-pengawal yang berkeliaran di luar sudah cukup membuktikan bahwa rumah mewah itu ialah tempat tinggal keluarga kerajaan.

Di beranda depan, beberapa orang telah menunggu kehadiran mereka. Paling tengah dan di depan tidak lain ialah Raja Archambria. Di samping pria itu ada ratu dan juga anak perempuannya. Lalu diikuti oleh orang-orang berkedudukan tinggi dan masih kerabat raja berdiri di belakang. Dan terakhir para pengawal dan pelayan-pelayan istana.

Yula turun terlebih dahulu, memberi ruang untuk Lacus turun dari kereta. Esha turun di sebelah kanan, menyerahkan kekangan kuda pada salah seorang pengawal yang sudah ditugaskan untuk mengurus kereta kuda tersebut. Naoth turut jalan berdampingan tapi tetap menjaga jarak dari Lacus dan Yula sebagai orang yang mengawal mereka menghadap pada Raja Archambria. Saat Lacus memberi salam, Yula dan Esha segera mengikuti sikap Tuan Putri Wallt tersebut, memberi penghormatan khas Archambria yang tadi sudah dicontohkan oleh Pangeran Naoth.

“Selamat datang di Archambria, Tuan Putri Wallt dan para rekan,” sapa Raja Archambria.

“Sebuah kehormatan atas kebaikan hati Yang Mulia menerima kedatangan kami,” jawab Lacus dengan penuh kesantunan. “Perkenalkan dua rekan yang telah bergabung dalam perjalanan saya.”

Lihat selengkapnya