7GK

Hargo Trapsilo
Chapter #3

Para Gardapati #3

Aula Istana Kerajaan Buasa dikelilingi patung kecil berbagai hewan buas dan kuat dimana berkumpul tujuh Gardapati atau Pengawal andalan Raja membahas kejadian diluar yang sedang terjadi yaitu api besar yang menuju ke Kerajaan Buasa disana terjadi perdebatan antara beberapa Gardapati.

"Apa benar kabar yang aku dengar ini Elangit?" tanya Dasa sang Gardapati yang Keempat.

"Benar Dasa api besar sedang menjalar dari hutan menuju kearah kerajaan buasa," jelas Elangit.

"Ini masalah gawat kita harus memadamkannya segera! Aku dengan pasukan gajahku akan memadamkan api dengan air sungai," jawab Dasa.

"Aku Indraga Gardapati kelima dengan pasukan buaya juga siap membatu," jawabnya.

"Hahaha Indraga kau pikir ini pertarungan di sungai canda Dasa kemungkinan Buayamu di sungai nantinya akan kepanasan merengek minta air," ucap Dasa sambil mengejek Indraga.

"Kurang ajar kau Dasa beraninya kau mengejek para buayaku bagagaimanapun mereka juga bisa berjalan di daratan untuk menerkam beberapa Gajah gendutmu Hahaha," sahut Indraga yang mengejek Dasa.

"Apa kamu bilang!" ucap Dasa terpancing emosinya atas ucapan Indraga.

"Aku juga siap membatu dengan prajurit tombak yang sudah kupersiapkan mereka sejumlah seribu prajurit dapat membawa air dalam jumlah besar untuk memadamkannya," jelas Sudraha Gardapati Keenam menengahi pertikaian keduanya.

"Tunggu dulu mungkin ini serangan dari musuh kerajaan seperti perampok hutan yang ingin menguji kekuatan tempur prajurit kita dengan sengaja mereka membakar hutan," ujar Suvana wanita cantik Gardapati Raja yang paling di segani oleh Gardapati lainnya.

"Ada benarnya juga apa yang dikatakan Suvana," sahut Indraga sambil membela omongan Suvana dan mengedipkan matanya kearah Suvana.

"Dasar laki-laki mata keranjang tidak tau malu aku tidak menyukai lelaki dengan tatapan mesum seperti itu," pkir Suvana dalam hati sambil membuang mukanya.

Sementara Akara Gardapati Ketujuh terlihat hanya bisa diam saja menyaksikan temannya berbicara satu sama lain, dan Raja Trisura Saka yang melihat Akara pun bertanya kepadanya.

"Akara apa pendapatmu mengenai ini?" tanya sang Raja Trisura Saka kepada Akara.

"Mohon maaf yang mulia daripada kita berbicara panjang lebar membahas persoalan ini biarkan saya saja yang menyingkirkan kobaran api itu dengan kekuatan hamba sendiri," ucap Akara yang yakin dengan kemampuannya.

"Kalau dipikir-pikir benar juga apa yang dikatakan oleh Akara yang Mulia Raja," dukung Boma kepada Akara.

Gardapati yang lain pun hanya diam Ketika Akara berbicara dengan benar dihadapan Raja Trisura Saka namun tingkahnya yang sombong itu membuat Indraga tidak menyukainya.

Tiba-tiba saja Dirga dan Putri Rara Saka masuk ke aula rapat istana dan datang menemui ayahnya.

Terkejut Raja melihat Dirga yang hanya bercelana pendek dan bertelanjang dada itu yang seharusnya masuk penjara namun berada di depan matanya dengan bertelanjang dada memperlihatkan dada bidangnya.

"Anakku kenapa kau membebaskan Dirga?" tanya Raja Trisura Saka.

"Ayah Dirga adalah sahabatku sejak kecil dan aku percaya kepadanya dan seperti itulah aku mohon ayah mengampuninya, apakah ayah masih ingat ketika waktu kecil di hutan kita pernah berkuda di hutan tanpa pengawal maupun prajurit ada kawanan serigala liar yang kelaparan yang menyerang kita dengan buasnya beruntung waktu itu ada Dirga yang masih kecil menolong kita dengan api obor di tangannya dia mengusir kawanan serigala liar," ucap Putri Rara Saka kepada ayahnya.

Raja pun tertegun mendengarnya dan mengingat kejadian yang telah berlalu itu sebenarnya Raja Trisura Saka dapat dengan mudah menyingkirkan kawanan serigala kelaparan saat itu namun karena janjinya untuk membatasi kekuatan fisik dan tidak menggunakan kekuatan hewan buasnya dihadapan Putrinya Rara Saka saat dia kecil yang membuatnya tidak bisa menolong putrinya, karena pertolongan Dirga sewaktu masih kecil terhadap Putri Rara Saka itulah yang membuat keduanya berteman akrab.

"Baiklah anakku kali ini Dirga kuampuni dan kubebaskan karena aku juga tidak menyukai ada tawanan dari rakyatku sendiri," ucap Raja Trisura Saka.

"Terimakasih atas pengampunan ayahanda," ucap Putri Rara Saka dengan hormat.

Lihat selengkapnya