7GK

Hargo Trapsilo
Chapter #5

Misi Pertama #5

Hari itu merupakan hari ulang tahun putri Rara Saka sekaligus merayakan atas terpilihnya Dirga sebagai Gardapati Kerajaan Buasa yang Ketujuh.

Ulang tahun putri Rara Saka yang berusia 17 tahun itu dihadiri oleh keluarga bangsawan dan menteri kerajaan buasa dimana merupakan peristiwa yang membahagiakan bagi tuan putri yang telah dewasa dan siap menggantikan posisi ayahnya sebagai Ratu dimasa yang akan datang mengingat Raja Trisura Saka telah berumur lanjut dan juga sudah lemah karena dulu menyelamatkan putrinya dari puluhan serigala dimana saat itu Dirga datang menolong mereka yang terkepung kawanan serigala dengan apinya.

Dirga selalu berada disisi Tuan putri selama acara sedang berlangsung dengan pakaian rapi yang sebelumnya dia kotor dan penuh keringat telah berdandan rapi dan wangi layak dibandingkan dengan pengawal lainnya.

"Jadi ini pengganti Akara?" tanya tuan menteri kepada Dirga.

"Benar Tuan Menteri hamba adalah pengganti kakak hamba Akara," jawab Dirga.

Dengan Pedang Naga Bumi di belakang punggungnya, Dirga terlihat sangat berwibawa.

"Kau lebih sopan dan bisa berbicara dengan baik beda sekali dengan Kakakmu yang pendiam namun banyak aksi itu," ucap Menteri Raja memuji Dirga.

Sementara Boma datang menemui Dirga dan memberikan surat perintah misi pertama agar Dirga pergi ke area perbatasan dimana disana ada prajurit mata-mata yang telah dilatih oleh Akara sebelumnya untuk menyelidiki Kerajaan Damaka yang selalu menggangu wilayah mereka dengan mengirim beberapa prajuritnya mengacau di perbatasan wilayah kedua belah Kerajaan besar.

"Dirga pergilah berikan surat ini kepada Komandan pasukan khusus mata-mata dan laksanakan apa yang menjadi misimu disana dengan hati-hati, " ucap Boma kepada Dirga.

"Baik Paman Boma aku akan kesana dan melihat apa yang terjadi disana serta menjalankan misi pertamaku," jawab Dirga.

Setelah berpamitan kepada Tuan Putri dan meninggalkan pesta ulang tahunnya Dirga memacu kudanya menuju ke wilayah perbatasan kedua kerajaan, Dirga tau bahwa akan ada orang-orang jahat yang menginginkan pedangnya akan tetapi dengan penuh percaya diri Dirga tetap memacu kudanya dengan cepat supaya misinya cepat dia selesaikan dengan baik.

"Kudaku tentu lelah aku akan beristirahat sebentar di sini," pikir Dirga berhenti di tengah jalan dimana ada tempat makan dan minum dan banyak orang yang berjualan disana, itu merupakan pasar kecil yang berada di luar Kerajaan Buasa dimana tidak setiap hari pasar itu ramai.

Terlihat dua orang memperhatikan Dirga disana, mereka tidak lain adalah prajurit mata-mata yang dilatih oleh Akara, dimana tugas mereka berdua memantau pasar kecil itu dari orang asing.

Kedua orang itu terus memperhatikan Dirga yang lapar dan haus, Dirga pun mengetahui bahwa dirinya sedang diawasi oleh kedua orang itu.

"Bibi aku mau bayar," ucap Dirga.

"Terima kasih tuan," jawab pemilik tempat makan.

"Oh iya bi, berapa jam lagi sampai ke perbatasan wilayah kerajaan?" tanya Dirga kepada Bibi penjual makanan itu.

"Kalau Tuan berkuda tidak lebih dari satujam perjalanan maka tuan akan sampai disana," jawab Bibi penjual itu.

"Terimakasih Bibi," ucap Dirga sambil berlalu pergi beranjak dari sana.

Dirgapun melanjutkan perjalanan akan tetapi baru beberapa menit berjalan kudanya dihentikan oleh kedua orang tadi.

"Ada urusan apa Tuan ke wilayah perbatasan Kerajaan?" tanya salah satu prajurit mata-mata.

"Kalian berdua siapa kalian tidak tau aku adalah Gardapati Ketujuh yang dtugaskan untuk kesana oleh Paman Boma," jawab Dirga.

"Kau berbohong Gardapati Ketujuh adalah Tuan kami Akara!" marah keduanya sambil menyerang Dirga.

Ketiganya bertarung Dirga yang telah berpengalaman dapat mengalahkan prajurit mata-mata lemah itu dengan kemampuannya bertarung.

"Aku tidak perlu mengeluarkan pedangku untuk menghadapi orang seperti kalian," kata Dirga.

DHUAKK ... DHUAK ...

mereka berdua terpental oleh tendangan Dirga yang sangat kuat dan cepat.

"Aduh ampun Tuan," ucap keduanya bersamaan.

Dirga melihat lencana Kerajaan Buasa berada di dada mereka, yang menunjukkan mereka adalah orang dari Kerajaan Buasa.

"Kalian berdua memiliki lambang Kerajaan Buasa berarti kalian adalah prajurit kerajaan Buasa kenapa kalian menyerangku?" serunya.

"Ampun Tuan kami tidak mengetahui kalau Tuan Akara telah digantikan oleh Tuan," jawab keduanya polos sambil meminta maaf.

"Memang aku baru saja dilantik menjadi Gardapati Ketujuh menggantikan Kakakku Akara berita mengenai diriku masih belum banyak diketahui orang," sambil menunjukkan surat tugas yang diberikan oleh Boma sang Gardapati Utama.

"Maafkan kami tuan kami sungguh bodoh," ucap mereka berdua.

"Sudahlah Antar aku menemui komandan Pasukan kalian," ucap Dirga.

Tidak lama Dirga pun tiba di markas pasukan mata-mata dimana banyak sekali mata-mata yang telah dilatih oleh kakaknya Akara, hampir berjumlah lima puluh yang mendapatkan misi untuk memantau pergerakkan Kerajaan tetangga mereka yaitu Kerajaan Damaka.

"Perkenalkan aku adalah Gardapati Ketujuh yang baru menggantikan kakakku Akara, namaku Dirga," ucap Dirga memperkenalkan dirinya.

"Maaf Tuan Dirga saya adalah Komandan pasukan khusus mata-mata nama saya adalah Alfaru, melihat surat tugas yang anda berikan kepada saya, saya sudah paham kondisinya bahwa Tuan Akarasudah mengundurkan diri dari Kerajaan Buasa hal ini dijelaskan Tuan Boma dalam suratnya," jelas Alfaru.

"Kau benar Komandan aku diminta Paman Boma karena hari ini aku bertugas untuk misi pertamaku sebagai mata-mata dan sekaligus penanggung jawab seperti kakakku sebelumnya dalam pasuka khusus komandan apakah ada misi yang dapat kuselesaikan?" tanya Dirga.

"Sebenarya ada tiga anggota mata-mata yang sudah tidak kembali dari Kerajaan Damaka, kami khawatir mereka tertangkap Praajurit disana," jelas Alfaru.

"Aku akan membantumu Komandan dalam beberapa hari aku akan membawa mereka kembali," ucap Dirga.

"Benarkah Tuan Dirga, karena salah satu dari mereka yang tidak kembali adalah adik saya, saya mohon tuan dapat membawa mereka kembali hidup-hidup," pinta Alfaru.

Lihat selengkapnya