7GK

Hargo Trapsilo
Chapter #7

Terbunuhnya Pangeran Kerajaan Damaka #7

Tiga Hari setelah Kejadian Penaklukan Raja Perampok …

Sebuah Kereta Mewah dari Kerajaan Damaka terbang dengan sihir angin yang dikendarai Dua Prajurit yang mempunyai kemampuan sihir angin datang menuju Kerajaan Buasa tampaknya kendaraan mewah itu merupakan Kendaraan milik Pangeran Pertama Kerajaan Damaka Muvana Vutra yang juga didampingi oleh kelima Prajurit lima elemen sihir dibelakangnya yang mengendarai Pedang Terbang yang bertugas melindungi Pangeran Damaka dari segala sisi.

Ketika kereta sihir angin itu sampai dan turun di luar Kerajaan Buasa disambut oleh Ketujuh Gardapati dan Raja Trisura Saka beserta Putri Rara Saka.

Keluar sosok pemuda tampan perkasa yang dikenal dengan pangeran Muvana Vutra dari Kerajaan Damaka dengan pakaian mewahnya dalam sekejap membuat yang melihat terpesona dengan rupa dan sikapnya turun dari kereta sihir angin itu, Kedatangannya tak lain ingin bertemu dengan Raja Buasa Trisura Saka dan anaknya yang ingin melamar Tuan Putri Rara Saka.

Kedatangan Sang Pangeran di sambut dengan hormat oleh Ketujuh Gardapati Kerajaan Buasa dengan gagah dan anggunnya mereka bertujuh menggunakan pakaian terbaiknya.

"Selamat Datang di Kerajaan Buasa Pangeran Muvana Vutra?" kata Raja Trisura Saka dengan senyumnya yang sumringah itu menyambut kedatangan Pangeran dari Kerajaan Damaka.

"Salam Hormat ku yang mulia Raja Trisura Saka, Ayahku juga mengirimkan salamnya untuk yang mulia Raja Trisura Saka," jawab Pangeran Damaka Muvana Vutra yang memberi salam khas Kerajaan Damaka dengan cara menundukkan badannya.

"Silahkan mari masuk kedalam Kerajaan Pangeran, Ini Kedua kalinya kau datang Pangeran saat itu kau masih kecil, dulu kau datang bersama ayahmu dengan pakaian kecil yang sangat indah, bersama Raja Mangkura Vutra kalian berdua datang dengan berkuda secara santai," kata Raja Trisura Saka menyambut kedatangan Pangeran dari Kerajaan Damaka itu di luar Istana.

"Yang Mulia Raja Trisura Saka masih saja mengingat itu padahal waktu itu usiaku belum genap 10 Tahun dan ayahku suka sekali berkuda mengelilingi Kerajaan-kerajaan yang indah, namun sejak kecil aku tidak bisa melupakan Gadis Kecil yang kini menjadi Putri tercantik di Kerajaan Buasa yaitu Putri Rara Saka dimana dia?" tanya Pangeran sembari memuji.

"Putriku Rara Saka lihatlah dia ada di sana," tunjuk Raja Trisura Saka.

Terlihat Putri Rara Saka tersenyum dengan ucapan Pangeran Muvana Vutra, Putri Rara Saka tidak menyangka bahwa Pangeran dihadapannya adalah Pangeran Tampan dari Kerajaan Damaka yang datang untuk melamarnya dia berbeda dengan dirinya ketika masih kecil yang terlihat sombong Rara Saka tidak mengetahui betapa sopannya Pangeran dari Kerajaan Damaka itu.

"Kenapa Ayahmu Raja Mangkura Vutra dan Panglima Besar Abisadria tidak ikut datang bersamamu Pangeran Muvana Vutra?" tanya Raja Trisura Saka.

"Ayahku dan Paman Abisadria sedang ada urusan lain, Yang mulia tahu bukan Nenekku itu sangat memikirkan kesejahteraan rakyatnya hampir setiap hari ayahku dan Paman Abisadria dibuat sibuk oleh Nenekku itu," jawab Muvana Vutra.

"Oh iya aku mengenalnya Mantan Ratu Mirvana saat aku masih berstatus sebagai Pangeran dulu aku mengagumi ilmu sihir milik Nenekmu itu dia adalah Ratu yang sangat Bijak di Eranya yang sangat memperdulikan rakyatnya," puji Raja Trisura Saka.

"Terimakasih atas pujian Yang Mulia Raja, begitulah Nenekku itu dia adalah yang kami hormati di Kerajaan Damaka hingga saat ini," ucap Pangeran Muvana Vutra sambil melihat keadaan Kerajaan Buasa.

Dirga tidak suka dengan gaya dan cara bicara Pangeran dari Kerajaan Damaka itu yang terlihat sangat palsu baginya dengan tata krama kerajaan kaum bangsawan karena Dirga sejatinya bukan dari kalangan bangsawan wajar saja sikapnya membuat kesal Boma dengan pakaian tidak layak sendirian namun matanya Dirga tidak pernah berkedip ketika melihat kecantikan Putri Rara Saka, Putri yang juga disukainya sejak kecil, Boma yang melihat Dirga melihat Putri Rara Saka sedari tadi pun bergerak kedepan menyambut Pangeran dari Kerajaan Damaka untuk menghalangi tatapan Dirga kepada putri Rara Saka.

"Selamat Datang Pangeran, hamba Gardapati Utama Kerajaan Buasa nama hamba Boma," sambut Boma penuh kharisma dan berwibawa.

"Aku sudah pernah mendengar nama besarmu Boma sang pahlawan yang telah melindungi Raja Trisura Saka dari Raja masih berstatus Pangeran hingga sekarang menjadi Raja namun kenapa kau menolak menjadi Panglima Kerajaan Buasa dan malah memilih menjadi Pengawal Pribadi Raja saja Boma?" tanya Pangeran dari Kerajaan Damaka itu.

"Pangeran hamba tidak tertarik dengan jabatan panglima, Panglima Kerajaan Buasa hanyalah dari kaum bangsawan kerajaan buasa saja dan dia sudah tua dia adalah guru dan juga pembimbingku di kerajaan buasa ini hingga sekarang tidak pernah tergantikan, beliau juga seumuran dengan Nenek Pangeran," jawab Boma.

"Panglima itu sudah tua apa hebatnya? di kerajaan kami Kerajaan Damaka juga memiliki Panglima hebat Abisadria yang terkenal dan juga sama seperti kalian kami juga memiliki Tujuh Gardapati Sihir yang memiliki tempat kediamannya masing-masing yang mewah berbeda dengan tempat kalian yang kulihat sederhana di tiap gerbangnya," sahut pangeran terdengar sombong setelah melihat keadaan kerajaan buasa.

"Apa katamu beraninya mengejek Panglima kami dengan kata-kata tua?" kata Dirga marah yang terpancing emosinya.

"Dirga jaga sopanmu, Pangeran adalah tamu Kerajaan!" tegas Boma sambil melotot seram kepada Dirga.

"Tapi Paman Dia mengejek Jendral Kerajaan Buasa dan juga kita para Gardapati," ucap Dirga.

"Kau diam saja Dirga, memang seperti itulah kenyataannya, apa yang diucapkan Pangeran memang benar," jelas Boma sambil melotot kembali kepada Dirga.

Lihat selengkapnya