Keesokan paginya disaat matahari mulai terbit dan terlihat cerah sosok penunggang kuda hitam yang gagah terlihat dikelilingi prajurit kerajaan Damaka dia adalah Jendral Abisadria yang siap berperang dengan jubah sihir hitam dan pakaian besi berwarna hitam dan sorot mata yang tajam, bersama ratusan prajurit sihir terakhir yang dimiliki Kerajaan Damaka dengan ilmu sihir mereka masing-masing, Sementara itu Boma yang sudah mengetahui kalau yang bersama kuda hitam yang terlihat gagah yang berada jauh di depan matanya itu adalah milik Jendral Abisadria, Boma lalu mengambil kudanya yang terikat di dekat gerbang untuk segera menghampiri Jendral Abisadria sebelum memulai peperangan kembali, Boma memacu kudanya dengan cepat tanpa ada prajurit Damaka yang belum diperintahkan menyerang sebelum intruksi Jendral Abisadria dan Boma datang menemui Jendral Abisadria dan mengajaknya berbicara.
Kuda Hitam milik Jendral Abisadria berhadapan dengan Kuda berwarna Coklat milik Boma terlihat kedua orang yang dulunya saling mengenal itu berhadapan dan saling bertatapan melihat postur Jendral Abisadria yang sangat berwibawa dan dipenuhi aura sihir yang aneh memancar dari dirinya, namun semua itu tidak membuat Boma Sang Pahlawan gentar dia dengan inti jiwa hewan buasnya yang sudah terlatih selama ini terus mempertahankan semangat juang hewan buas yang ada di dalam dirinya.
"Abisadria akan kita tuntaskan petarungan kita yang tertunda dulu," ucap Boma sambil mengeluarkan Pedang dan Tameng andalan miliknya ke hadapan Jendral Abisadria.
"Hahaha... Kau masih bukan tandinganku Boma, Tidak untuk sekarang tapi nanti, Aku berniat menghabisi kalian bertujuh sekaligus Gardapati yang sudah membuat para prajurit kami menderita selama ini," sambil mengeluarkan intimidasi sihir angin kencangnya miliknya yang membuat kuda milik Boma Ketakutan lalu menjatuhkan Boma dan kabur meninggalkannya.
"Hahaha... Boma kasian sekali, Kudamu rupanya pengecut kuharap kau tidak ikut lari nanti saat melawanku," ejek Abisadria dengan penuh kepercayaan diri.
Boma bangun dari jatuhnya dia dari kuda dan kembali menantang Jendral Abisadria yang kali ini tanpa pedang dan tamengnya melainkan dengan menunjuk ke arah Jendral Abisadria dengan perasaan kesal kepadanya.
"Ketahuilah Abisadria aku berbeda dari diriku yang sepuluh tahun yang lalu!" sahut Boma menantang Jendral Abisadria.
"Sepuluh tahun yang lalu perebutan wilayah kekuasaan Kerajaan Damaka dan kalian kalah waktu itu, Hahaha... Bagiku aku bahkan tidak menunjukkan separuh dari kekuatanku Boma, lebih lucu lagi Julukan Sang Pahlawan yang kamu dapat Boma hanya karena mengalahkan sedikit prajurit berbakatku kau mendapat julukan seperti itu sungguh sangat lucu," ejek Abisadria lagi.
"Kau meremehkanku Abisadria, Aku sudah banyak berjasa kepada Kerajaan Buasa dan bukan hanya karena perebutan wilayah saja, Aku sudah banyak melakukan hal yang membuat Raja Trisura Saka bangga kepadaku, Abisadria kerahkanlah semua kekuatanmu aku kali ini akan mengalahkanmu dengan mudah," tantang Boma kembali sambil merubah raut wajah harimaunya.
"Hahaha... Boma aku belum tertarik menghadapimu saat ini aku sedang menunggu seseorang datang terlebih dahulu," ucap Jendral Abisadria sambil memutar kudanya dan kembali ke pasukan prajurit Kerajaan Damaka.
"Apa menunggu seseorang? Apakah itu Raja Kerajaan Damaka?" tanya Boma kepada Jendral Abisadria.
"Belum saatnya yang mulia Raja Damaka, Raja Mangkura Vutra turun tangan, sebenarnya cukup aku sendiri saja aku mampu menhancurkan Kerajaan Buasa beserta isinya ini dengan seluruh kekuatan sihirku, tapi itu bukan cara Kesatria aku lebih menyukai kehancuran dengan secara perlahan-lahan hingga menikmati jeritan kalian orang-orang Kerajaan Buasa yang ketakutan," jelas Jendral Abisadria merendahkan kemampuan orang-orang Kerajaan Buasa.
"Kurang ajar kau Abisadria! Jadi siapa yang kau tunggu?" tanya Boma kepada Jendral Abisadria kembali.
"Pembuat senjata Pedang Naga Bumi itu, iya benar orang tua yang bernama Antara itu?" kata Jendral Abisadria.
"Apa katamu!" sahut Boma terkejut.