Garda bertarung kembali dengan Sila yang perlahan-lahan juga menjadi kuat dan dapat mengimbangi serangan pedangnya yang semakin cepat, Garda kagum sekaligus menyukai gadis yang cukup berbakat seperti Sila mengingatkannya kepada anaknya yang lain selain Panca.
Sementara itu Nadraka berusaha menolong Panca dengan obata-obatan yang dimilikinya namun semua usahanya tidak berhasil, bahkan buana mencoba menggunakan sihir penyembuhnya juga tidak berhasil organ dalam tubuh panca sudah hancur dan tidak berdaya, Damian hanya ketakutan sambil menggengam Gagang Pedang Naga Bumi Ketiga dan juga potongan lembaran Sihir terlarang.
"Panca sadarlah!" teriak Nadraka.
"Percuma sihirku pun tidak mampu menyembuhkannya," ucap Buana dengan wujud anak serigalanya.
"Ki-Kita harus bagaimana hanya Panca yang kuat di kelompok kita," kata Damian ketakutan.
"Damian kenapa kamu tidak lari saja, tubuhmu sudah sangat gemetar," ledek Buana.
"Apa katamu pangeran, aku tidak akan kabur dan meninggalkan temn-temanku," sahut Damian.
Tiba-tiba seberkas sinar keemasan kembali muncul melindungi tubuh Panca cahaya terang itu membuat semua mata melihat kearah tubuh Panca tidak terkecuali Garda yang sedang bertarung dengan Sila, serta Dasa dan anaknya Taruna.
"Akhirnya dugaanku benar," pikir Garda setelah menyaksikan kekuatan sihir aneh milik anaknya Panca.
Panca membuka matanya dan tersadar semua luka di dalam tubuhnya telah sembuh sperti sedia kala, membuat yang melihatnya sangat terkejut bahkan dengan Buana yang sangat tertarik dengan sihir aneh yang dimiliki Panca yang dapat hidup kembali.
"Ini luar biasa dan aku menyaksikannya langsung kekuatan yang bangkit dari Kematian, Inikah kekuatan dari orang yang akan menjadi Keempat Gardapati Kegelapan yang menguasai kekuatan kematian," pikir Buana yang sudah membaca buku-buku dari pengetahuan dunia tentang sihir.
"Hi-Hidup kembali!" teriak Damian.
"Hebat sekali Panca," kata Nadraka takjub dengan tubuh dan kekuatan sihir yang dimiliki Panca.
"Apa yang terjadi sesaat aku menerima seluruh serangan ayahku barusan," kata Panca.
"Hahaha ... Benar rupanya kekuatan untuk mengendalikan kematian dan juga kehidupan," ucap Garda takjub dengan anaknya Panca.
"Apa maksudmu?" tanya Buana.
"Anak serigala yang berbicara dan suara itu aku seperti mengenalnya? ucap Garda.
"Celaka aku tidak sengaja bertanya kepadanya?" pikir Buana.
"Siapa kau anak serigala!" kata Garda.
"Aku hanya anak serigala," jawabnya.
"Aku akan mencari tau siapa kamu," sahut Garda sambil menunjuk kearah Buana.
"Panca aku sudah menyaksikan kekuatanmu yang benar-benar luar biasa itu, Suatu hari kekuatan itu akan kuambil darimu anakku," kata Garda sambil menghentikan pertarungannya dengan Sila dan menyarungkan kembali pedangnya.
"Kenapa kau menyarungkan kembali pedangmu?" tanya Sila.
"Kalian masih bisa tumbuh lebih kuat dari ini, tujuanku kemari adalah potongan lembaran itu," jawab Garda sambil menunjuk Damian yang sedang ketakutan memegang kedua benda yang sangat diinginkannya.
"Tidak akan kami biarkan!" kata Panca maju kedepan melindungi teman-temannya.
Sila juga ikut menghadang Garda agar tidak menyerang mereka dan mengambil kedua benda itu,
"Kalian sangat keras kepala, sebenarnya aku tidak mau menggunakan sihir ini tapi kalian semua akan sekarat bahkan jika kalian hidup juga kalian akan merasakan seperti mati!" marah Garda sambil merapal matra sihir terlarang kembali, tapi tiba-tiba Nadraka melempar ramuan yang berisi racun pelumpuh, Garda tidak menyadari lemparan ramuan itu karena sangat cepat tubuh Garda merasa keracunan dan hampir jatuh.
"Serangan pengecut seperti ini, Ukh Sial!" gerutu Garda terlihat lemas.
"Ini kesempatan kita habisi dia!" perintah Buana.
Namun sebelum mereka menyerang Garda kembali muncul Gardapati yang memakai pakaian besi berwarna hijau tua, dengan kekuatan perubahan hewan buas Ular.