8 Path to Different Dimension (8 Jalan Menuju Dimensi Lain)

i
Chapter #2

Chapter 2 : New Normal Junk Food

Namaku Carl, aku seorang Mutuber, orang-orang memanggilku dengan julukan Carboman. Nama tersebut juga merupakan nama channelku. Awal mula membuat Mutube Channel, karena diriku sangat suka mengkonsumsi junk food, atau makanan siap saji seperti Macdolan dan KFShi. Kesukaanku terhadap junk food membuatku sangat mudah untuk membuat konten Mutube. Dan entah sejak kapan, diri ini akhirnya sudah menjadi seorang Mutuber fulltime.

Semenjak virus Corona menyerang, beberapa mall dan tempat makanan siap saji tidak dibuka untuk dine-in. Beberapa bahkan tutup selamanya. Sedih? Tentu diriku sangat sedih akan tahun 2020 yang penuh dengan kesesakan dan hal-hal diluar kebiasaan ini. Kontenku akhirnya mati sepenuhnya, tidak ada menu baru, tidak ada kunjungan ke tempat-tempat fast food yang baru. Subscriberku berkurang dan mungkin lama kelamaan akan habis.

Diriku kini hanya bisa meratapi nasib, penghasilan dari Mutube kini sudah tidak bisa diharapkan. Mau mencari lowongan pekerjaan juga beberapa tempat mulai mengurangi tenaga kerjanya. Ada sisa tabungan, tentu, suatu dana darurat yang aku siapkan untuk membuat konten terbaru ketika PSBB (pembatasan sekala besar-besaran) sudah berakhir.

Ada e-mail dari Mutube yang memberitahu bahwa sudah selama dua bulan channelku tidak update, apabila dalam waktu tiga bulan tidak ada konten baru, mungkin Mutube akan memutus kontrak denganku, alias diriku harus mengulang kembali agar bisa monetize 'menghasilkan uang' dari Mutube.

Mungkin doaku akhirnya dikabulkan oleh langit, tidak lama setelah diriku mendapat e-mail tersebut, beberapa tempat kini sudah mulai dibuka kembali. Meskipun beberapa tidak langsung memperbolehkan dine-in, tapi pemesanan online bisa dilakukan. Tidak membuang waktu, diriku segera memesan menu promo paling murah dan nampak paling heboh.

Dinamo Pizza, sebuah brand pizza terbaru yang menyaingi kepopuleran Pizza Shut. Menu yang aku pesan adalah Neo Yorker, Pizza dengan ukurang raksasa yang bebas pilihan toping diatasnya. Diriku memesan peperoni, jamur, dan extra mozarella cheese agar nanti waktu di video lelehan kejunya nampak heboh.

Neo Yorker pesananku tiba, kusiapkan kamera dan start melakukan vlog mukbang seperti biasanya. Kubuka kotak pizza tersebut dan diriku secara spontan masuk dalam mode Mutuber.

"Whooaa lihat gaes, betapa besarnya pizza ini."

Kutarik potongan pizza pertama, lelehan keju mozarella nampak seperti yang kuharapkan, semua terekam dengan rapi dan fantastik pada lensa kamera. Tidak lama setelah diriku mengupload video tersebut, banyak fans dan subscriber kembali bermunculan. Monetize-ku jalan kembali dan diri ini masih bisa bernafas lega.

--- --- ---

Kini saatnya untuk mencoba dine-in di sebuah restaurant fast food yang ternama, Macdolan. Sudah lama diri ini ingin menikmati kembali momen-momen duduk santai di sebuah restaurant siap saji ala Macdolan. Diriku segera meraih masker di meja, menghidupkan sepeda motor, menyiapkan kamera di dalam tas. Berangkat!

Selama perjalanan, diri ini sudah memperkirakan ingin memesan menu apa kira-kira nanti. Kentang goreng milik Macdolan adalah menu wajib, dengan saus sambal yang free refill, tentu akan menjadi kepuasan tersendiri. Oh ya! Ice cream cone milik Macdolan juga juara, pastinya tidak ada ice cream cone tempat lain yang memiliki rasa selembut dan manisnya pas seperti cone milik Macdolan.

Diri ini sudah sampai dan memarkirkan motor ke halaman parkir. Diriku melihat sudah ada beberapa orang di dalam Macdolan.

"Wah sudah beneran bisa dibuka untuk umum nih." Gumamku dalam hati dengan riangnya.

Diriku siap untuk masuk, namun ada petugas sekuriti yang menghentikan diriku dengan berkata, "Maaf Pak, anda seharusnya cuci tangan dulu disana." Katanya dengan tegas sambil menunjukan tempat cuci tangan yang lumayan jauh dari tempatku berdiri sekarang.

"Ah, masa-masa new normal, jadi wajar lah ya untuk mematuhi prosedur." Diriku tanpa basa-basi langsung melangkah ke arah tempat cuci tangan tersebut, mencuci tangan dengan sabun dan mengeringkannya. Setelah tidak ada air pada tanganku, aku kembali ke pintu masuk terdekat. Namun ada petugas lain yang menghentikan diriku, "Maaf Pak, pintu masuknya satu arah." Sambil menunjukan tempat pertama kali diriku ingin masuk ke dalam Macdolan.

Diriku tidak berpikir apa-apa, tidak berasumsi apa-apa, meski faktanya aku tahu ini sebenarnya sangat membuat pelanggan tidak nyaman. Diriku kembali ke petugas pertama dan dia masih mengenali diriku, dia bertanya, "Mau makan sini atau bawa pulang pak?"

"Makan sini."

Petugas segera mengeluarkan alat pendeteksi panas dan mengarahkan ke dahiku.

"36.7, silahkan Pak."

Diriku masuk dan suasana didalam terasa beda, ada seperti ketegangan yang tidak biasa. Kursi-kursi penuh dengan tanda silang merah. Wajah pelanggan tidak seperti biasanya, tidak ada senyum yang terlihat (tentu saja, karena mereka menggunakan masker!) Tidak pakai lama diriku langsung menuju kasir. Diriku bisa saja dan sudah seharusnya memesan via mesin penginput pesanan, namun kumelihat mesin input pemesanan sangat ramai digunakan dan tentu saja jari mereka sudah menempel pada alat-alat tersebut.

Lihat selengkapnya