9 SKALA RICHTER

DENI WIJAYA
Chapter #9

EMPATI #9

Setahun kemudian…..

Kehidupan anak-anak panti asuhan seringkali menimbulkan keprihatinan tersendiri. Sebagian besar dari mereka terpaksa hidup dengan segala keterbatasan untuk dapat bertahan hidup. Namun hal itu bukan jadi penghalang bagi mereka untuk selalu ceria dan bersyukur.

“Ihsan, ayo tendang bolanya yang tinggi, ayo, jangan sampai tertinggal!” teriak Rendra kepada anak-anak yang kali ini sedang bermain sepak bola di halaman belakang.

“Nah begitu, terus oper ke sini!” teriak Rustam lagi memberi semangat.

Terdengar riuh sekali tawa anak-anak di luar sana, sementara Aisyah hanya sesekali melihat mereka dari kaca jendela. Sepasang mata sayunya dengan seksama mengamati setiap gerak mereka. Namun senyumnya merekah saat bola tepat bersarang di kaki Rendra.

Sementara itu, Bu Rohmah, salah satu pengasuh panti, tersenyum senang melihat semangat mereka. Ia berharap duka mereka akan sedikit terobati dengan tawa. Bu Rohmah pun kembali berkeliling mengamati anak-anak yang bermain.

"Anak-anak, ibu bisa ikutan gabung nggak?” kata Bu Rohmah dengan senyum menghiasi wajahnya.

“Bener nih… Bu Rohmah mau ikutan…. ?” balas Rendra ragu.

“Iya, boleh nggak?” lanjut Bu Rohmah.

“Wah… senang sekali tapi jumlah timnya sudah pas,” ucap Rendra.

“Wah… jadi ibu nggak bisa ikutan ya… ya sudah nggak apa-apa, ayo kalian teruskan ya mainnya (tersenyum) tapi ingat ya.. jangan bertengkar!” kata Bu Rohmah.

“Iya bu,” jawab mereka hampir bersamaan. Bu Rohmah kembali tersenyum melihat keceriaan mereka.

Kemudian Bu Rohmah duduk di kursi di depan teras belakang sambil terus melihat mereka bermain. Ada satu kebahagiaan yang dirasakan Bu Rohmah bahwa apapun keadaan kita, pasti akan menjadi lebih bahagia kalau kita mau memberi. Dan memberi itu tidak sebatas materi namun dengan memberi waktu kita untuk sekedar bermain bersama itu pun bisa membuat kita lebih bahagia juga.

Nampak wajah satu persatu anak yang sedang bermain di halaman itu, semuanya tampak ceria menikmati kegembiraan dalam permainan itu. Namun tunggu dulu, tiba-tiba pandangannya tergerak pada salah satu sudut halaman, ada seorang anak laki-laki yang duduk seorang diri, tidak ikut bermain dengan yang lainya.

Seingat nya namanya Udin, dia salah satu diantara sekian anak korban bencana tsunami Aceh yang masih sulit untuk melupakan trauma bencana yang telah merenggut nyawa ayah ibu dan orang-orang yang mencintainya.

Memang seringkali Bu Rohmah melihat Udin sering menangis. Bu Rohmah melihat Udin sepertinya sedang menggambar sesuatu di tanah dengan potongan ranting. Sebenarnya Bu Rohmah ingin mendekatinya, namun kemudian dia urungkan setelah pada suatu kesempatan Rendra melihat ke arahnya.

“Rendra, sini!” panggil Bu Rohmah. Rendra pun segera meninggalkan permainannya dan menuju ke arah Bu Rohmah.

“Iya bu, ada apa?” sahut Rendra sambil melangkah menghampiri Bu Rohmah.

“Ada apa bu? Ibu masih mau ikutan main?” tanya Rendra.

“Hehehe…. Nggak!” jawab Bu Rohmah.

Lihat selengkapnya