9 SKALA RICHTER

DENI WIJAYA
Chapter #11

PRAJURIT TARUNA #11

Setelah dinyatakan lolos seleksi test penerimaan calon prajurit taruna AAL di Malang, sebulan kemudian Rendra dan para calon taruna lainnya menunggu waktu pemberangkatan ke Magelang. Dan selama itu pula, mereka mengikuti latihan Peraturan Baris Berbaris (PBB), latihan fisik dan tes pelajaran SMA untuk menentukan jurusan apa yang cocok bagi mereka masing-masing di AAL nanti. Setelah jurusan masing-masing ditentukan, lalu bagaimana reaksi mereka?

Ada yang bersuka cita, ada juga yang sedih dan kecewa. Bahkan, ada juga yang marah karena tidak diterima di jurusan yang diinginkan. Ada yang ingin menjadi marinir, tetapi tak kesampaian. Ada juga yang tidak mau dimasukan ke teknik, karena ingin menjadi Pelaut. Dan, banyak lagi cerita lain. Jika mungkin mereka tahu apa yang bakal terjadi di masing–masing jurusan, pasti semua hanya mau masuk Pelaut.

“Mam, kamu jurusan apa?” tanya Rendra.

“Sebenarnya sih aku ingin menjadi seorang pelaut tapi sudah dimasukkan ke Marinir, ya nggak apa-apa. Kalau kau sendiri?” Imam balik bertanya.

Alhamdulillah Mam, impianku jadi pelaut kesampaian!” jawab Rendra.

“Mam, kalau aku sama dengan Rendra jadi pelaut hehe... “ celetuk Fransiskus, calon taruna dari Flores, NTT.

“Frans, nanti jika sudah di Magelang, kita keliling Magelang dan Yogyakarta, lihat Candi Borobudur, Prambanan, belanja di Malioboro atau ke Pantai Parangtritis. “ kata Imam.

“O iya, senang sekali, pasti indah ya..” ucap Fransiskus.

“Tapi Mam, aku sedikit pusing nih…” ucap Fransiskus.

“Kenapa?” tanya Imam.

“Hehehe… biasa lagi bokek nih.. kantong kosong. Entah kapan dapat kiriman uang, nasibku disini saja belum jelas. Yang aku bingung untuk ke Magelang aku tak punya uang saku.. wadow! Gimana nih? “ jawab Fransiskus.

“Sama, aku pun juga hahaha.. waktu pertama kali kesini saja bekalku pun pas-pasan,“ sahut Rendra.

“Kita jual saja barang-barang milik kita!” kata Imam.

“Mam, kamu pinjam saja ke pamanmu, kan bisa, buat apa harus jual barang?” Rendra memberikan saran.

“Nggak ah, malu. Nanti tambah merepotkan paman, selama ini aku dan kamu sudah numpang gratis... hehe...” balas Imam.

“Kalau begitu apa yang akan kita jual?” cecar Fransiskus.

Lihat selengkapnya