Pagi itu, tanpa sepengetahuan orangtuanya, Aisyah kabur dari rumah. Dan dia menuju ke Bandara LCCT Kuala Lumpur. Namun kali ini dia mengajak sahabatnya Balqis. Mereka berdua berencana untuk pergi ke Indonesia naik pesawat dengan schedule take off pukul 07.00 pagi. Dari Kuala Lumpur, pesawat yang akan mereka tumpangi akan transit dulu ke Bandara Soekarno Hatta sebelum menuju ke Bandara International Juanda, Surabaya.
Begitu sampai airport, sebagai orang yang tiba paling awal Balqis langsung check in dan booking set number untuk Aisyah, supaya mereka bisa duduk berdampingan.
Take on time dan penerbangan normal saja. Namun langit Kuala Lumpur saat itu tidak secerah hari sebelumnya, sedikit muram dan gerimis mengiringi langkah kaki mereka menuju tangga pesawat. Sejenak kemudian pesawat pun take on.
Dan selama perjalanan, mereka nampak terlibat perbincangan, ngobrol ngalor ngidul sepanjang perjalanan. Saat itu Aisyah menumpahkan semua beban di pikirannya, mengenai kehidupan asmaranya. Dan sebagai seorang sahabat tentulah Balqis akan dengan senang hati mendengarkannya bahkan dia sangat prihatin dengan kondisi Aisyah. Karena sedikit banyak dia tahu duduk persoalan yang kini sedang dihadapi oleh sahabatnya itu. Sepanjang cerita, nampak butiran-butiran bening mengalir dari kelopak mata Aisyah, isak tangis terus mengiringi kisah yang sedih.
Setelah transit di bandara Soekarno Hatta, perjalanan pesawat dilanjutkan menuju ke bandara Juanda. Dan perbincangan tentang curahan hati Aisyah berlanjut.. Hingga tidak terasa announcement mulai terdengar…Para penumpang yang terhormat, sebentar lagi kita akan mendarat di bandara international Juanda Surabaya, suhu udara di darat dilaporkan dan seterusnya…..
Saat itu para penumpang semua sudah dalam keadaan siap landing. Namun Aisyah merasa ada keanehan dengan pesawat yang mereka tumpangi. Pada saat rasa heran menyeruak pikirannya.
“Balqis, apa kau tidak merasakan keanehan dengan pesawat ini?” tanya Aisyah.
“Keanehan apa?” Balqis balik bertanya.
“Pesawat ini kan mau landing, namun kurasa kecepatan pesawat ini tidak berkurang sedikitpun dan ketinggiannya juga tidak terasa turun secara perlahan layaknya pesawat yang akan mendarat, apakah jaraknya masih jauh?” jawab Aisyah.
“Iya.. ya, tadi kenapa aku tidak menyadarinya?” kata Balqis.
Belum hilang rasa penasaran mereka, tiba-tiba mereka dan para penumpang lainnya dikejutkan dengan guncangan naik dan turun pada pesawat. Mereka berusaha tenang. tiba-tiba terdengar lagi bunyi… gludak…. gludak. Saat itu mereka masih belum menyadari sepenuhnya apa yang sedang dan akan terjadi dengan pesawat yang mereka tumpangi.
Untuk guncangan pertama, masih belum ada respon dari mereka. Mungkin saat itu mereka merasa hal itu sebagai suatu yang wajar, ada sedikit kesalahan teknis atau mungkin sebagian dari mereka menganggap guncangan itu seperti layaknya naik space mountain di Disneyland. Tapi ketika hentakan itu terjadi untuk kedua kalinya, bahkan disusul untuk yang ketiga kalinya, barulah histeria para penumpang pun mulai terdengar. Nampak wajah dua orang pramugari yang menyiratkan kecemasan. Mereka saling berpandangan.
Kepanikan melanda penumpang pesawat. Mereka baru menyadari bahwa pesawat sedang ada masalah serius yang mungkin bisa membahayakan keselamatan mereka. Semua penumpang pesawat semakin panik dan teriak-teriak. Bunyi prak-prak, semua sudah terlihat panik. Dan mereka tidak memikirkan barang-barang lagi. Mereka berebut menuju pintu darurat. Semua ingin menyelamatkan diri.
Ini kejadian yang tidak biasa, jantung terasa ditarik, dicopot dan dihempas seketika, seakan berada di kora-kora kursi paling ujung, hanya bedanya yang ini gerakannya vertikal. Tak lama berselang, pesawat terasa menukik ke bawah, tapi kecepatan tidak berkurang, dan gerakannya masih tidak stabil, sampai kemudian membentur landasan dengan sangat keras seperti pesawat mainan yang dibanting penuh kemarahan ke atas tanah berbatu… blemmm!
Kepanikan dan kengerian semakin bertambah hebat ketika pesawat melaju kencang seakan tidak dapat dihentikan dan terpantul-pantul bagaikan bola pingpong. Penumpang terguncang-guncang, terbentur-bentur dalam suasana panik. Teriakan, tangisan, jeritan, doa dan takbir bercampur jadi satu.
Dalam benak mereka saat itu, mungkin tak dapat dipercaya bahwa saat ini mereka sedang mengalami suatu proses kecelakaan pesawat, tapi mereka berserah dan berharap andaikan pesawat harus keluar jalur atau terperosok semoga pesawat yang mereka tumpangi tidak terbakar atau meledak.
Dan saat akhirnya pesawat benar-benar berhenti, saat itu lampu sudah padam, suasana di dalam pesawat gelap hanya sedikit cahaya dari jendela dan mungkin juga lampu darurat yang menyala secara otomatis. Begitu banyak percikan api di bagian atas kepala, serpihan langit-langit pesawat menjadi kepingan yang berjatuhan menimbulkan bunyi.
*****
Mengetahui hal ini, secepat kilat, Balqis membuka seat belt. Nampak dari jendela, api di bagian sayap menjilat-jilat seakan hendak menyeruak menyambar badan pesawat. Wuss…. wuss… yang semakin membuat Balqis panik dan tegang saat melihat kursi Aisyah sudah kosong.
“Aisyah! Aisyah! Kamu dimana?” panggil Balqis dengan khawatir.
“Aisyah… Aisyah! Kamu di mana?” kembali Balqis memanggil sahabatnya itu.