9

Syauqi Sumbawi
Chapter #22

22

SEBENARNYA, apa yang terjadi pada diri manusia; rajin shalat berjamaah dan menjalankan perintah yang lainnya, tapi jahat dan bermuka muram kepada manusia lainnya?! Dan sebaliknya, ada yang jarang menjalankan shalat, puasa, dan lainnya, namun dikenal baik dengan sesama; suka membantu dan ramah kepada siapa saja?! Ada juga sebagian manusia yang pada waktunya shalat dia shalat, kemudian di saat yang lain, dia juga menenggak minuman keras, berjudi, dan sebagainya.

Entahlah. Dari keseluruhannya, Ib menganggap bahwa segala yang terjadi dalam kehidupan, tidak lain adalah ayat untuk dibaca. Direnungkan untuk menjadi pelajaran bagi manusia. Dan satu hal yang dapat dipelajari, bahwa ibadah tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriah atau batiniah semata, tetapi perpaduan di antara keduanya.

Memang, ibadah mahdlah dan ketaqwaan berkaitan dengan hubungan antara hamba dengan Tuhannya. Akan tetapi, hal tersebut berimbas pada hubungan di antara sesama manusia dan makhluk-Nya. Karena itu, kesalihan seorang hamba, tidak hanya berupa kesalihan individual-vertikal, tetapi kesalihan sosial-horisontal juga. Dari sini, barangkali perlu dikemukakan sebuah teori, bahwa semakin tinggi kualitas takwa seseorang, maka semakin besar kebaik-an dan kebermanfaatannya bagi sesama dan masyarakatnya.

Sebagaimana yang dipahami, al-Qur’an kerap mengkaitkan hubungan iman kepada Allah dan hari akhir dengan shalat dan zakat, juga dengan perbuatan baik dan amal shalih kepada sesama manusia. Hubungan di antara ketiganya diperkenalkan oleh para ulama dengan konsep trilogi Islam, yakni iman, islam, dan ihsan, yang menjadi ukuran kesempurnaan beragama pada diri manusia.

Ibarat bangunan rumah, iman adalah pondasi. Islam sebagai tembok dan bagian rumah lainnya. Sedangkan ihsan adalah hiasan-hiasan rumah. Ketiganya menandakan bahwa rumah tersebut dihuni. Ada kehidupan di sana. Bukan seperti rumah kosong. Atau seperti gudang untuk menyimpan barang-barang.

Dalam pengibaratan pohon buah-buahan, seperti pohon mangga, iman adalah akarnya. Islam adalah batang, dahan, ranting, dan daun-daunnya. Sementara Ihsan adalah kem-bang dan buahnya. Ketiganya merupakan satu kesatuan, sehingga manusia bisa merasakan manisnya ibadah serta bersyukur kepada-Nya.

***

 

MATAHARI memarak di pertengahan pagi ketika Ib berjalan melewati gerbang luar kompleks makam Sunan Bonang. Kecuali beberapa kendaraan bermotor yang melintas, kondisi di sekitarnya cukup lengang. Lapak-lapak pedagang yang ramai di malam hari, kini tak tampak lagi. Tak ada antrian panjang para tukang becak menunggu para peziarah. Hanya beberapa becak saja yang dibiarkan begitu saja terparkir di bawah pohon.

Menyusuri trotoar di jantung kota Tuban, Ib teringat kembali pada kisah Sunan Bonang yang menangis. Bukan lantaran tongkatnya yang dirampas oleh Brandal Lokajaya, tetapi karena secara tak sengaja mencabut rumput ketika terjatuh akibat perampasan itu. Kalau saja rumput itu tercabut untuk makan hewan ternak, tidak apa-apa. Tanpa keperluan dan tujuan, maka hal itu adalah kesia-siaan. Dan kesia-siaan adalah dosa.

Dari kisah tersebut, Ib mendapatkan sebuah pelajaran, bahwa seluruh kehidupan manusia di dunia bukanlah sebuah kesia-siaan. Bukan keisengan. Akan tetapi, harus dimaknai sebuah perjalanan yang bertujuan, serta mengarah pada kesejatian. Dalam diam, Ib kembali menyakinkan diri sendiri, bahwa langkah ziarahnya ini merupakan bagian dari episode perjalanan tersebut.

Mencapai perempatan jalan, Ib berhenti sejenak. Kemu-dian menyeberang jalan ketika beberapa kendaraan telah melintas di depannya. Kira-kira separuh perjalanan lagi dia akan sampai di jalan raya itu. Tempat dia bisa mencegat bis untuk pergi ke Kudus.

Kembali Ib terbawa dalam pikirannya. Teringat sebuah puisi yang pernah dibacanya. Kalau tidak salah judulnya, “Tongkat di Arus Muara”, karya Kang Badri, teman atau santri seniornya di pesantren.

 

ketika tongkat lepas, lokajaya merampas

bonang menangisi luput, semak cerabut

seperti menandai kekasih yang lupa

jatuh seperti kisah anak manusia

 

pada hidup, kulihat akar menggeliat kecil

dipeluk tanah asal setelah berandal

menjaga tongkat yang tancap

Lihat selengkapnya