Soekarno-Hatta International Airport.
Setibanya di bandara, Nareswara memesan taksi untuk segera mengantarnya ke salah satu rumah sakit terkemuka di Jakarta, yaitu Rumah Sakit Cipta Harapan. Selama perjalanan, selain bertukar kabar dengan adik semata wayangnya, ia memainkan ponsel untuk membaca dan menonton beberapa portal media yang meliput kabar tentang ayahnya. Kantuk pun masih enggan menghampiri meski ia didera rasa lelah. Meski terjaga, ia tak punya energi untuk bertukar sapa dengan driver yang membawanya menuju rumah sakit.
Rumah sakit Cipta Harapan-Ruang Cempaka VIP.
"Mas," lirih suara Nayaka menyambut kedatangan kakaknya. Peluk yang bercampur airmata berada di antara keduanya. Tanpa bicara sepatah kata pun Nareswara melepas peluk itu lalu berjalan menuju kamar di mana ayahnya dirawat.
Terlihat ayahnya sedang tertidur begitu lelapnya. Selain beristirahat, tidurnya pun karena pengaruh obat bius pasca operasi pengangkatan peluru yang menancap pada paha kanan dan bahu kirinya.
Nareswara sepertinya sangat kelelahan. Ia tak banyak bertanya soal kejadian nahas itu pada ibu dan adiknya, sebab semua berita tentang penembakan ayahnya sudah banyak bertebaran di media, dan sudah ia baca satu demi satu pada saat di perjalanan. Ia disarankan untuk menginap di hotel yang jaraknya tidak jauh dari rumah sakit. Sementara ibu dan adiknya standby di rumah sakit. Sesekali ada kerabat dan kolega yang mulai berdatangan untuk menjenguk.
Sesampainya di hotel.
Hujan air hangat membasuh kepala, tubuh serta pikirannya. Setelah mandi ia membenamkan tubuhnya kedalam selimut berwarna abu tua, setelah sebelumnya ia mengisi daya untuk ponselnya lalu meletakkan benda itu pada sebuah meja kecil di samping lampu tidur. Akhirnya dia bisa beristirahat, dalam remang dan kelap-kelip lampu pada ponsel yang penuh dengan notifikasi.
Pagi, pukul 9.20
Nayaka sedang numpang mandi di kamar hotel yang dipesan oleh kakaknya. Sementara Nareswara berada di lantai dua menatap sarapan pagi sambil menunggu adiknya. Setelah habis nasi yang tersaji di piring, barulah adiknya muncul. Ia langsung mengambil makanan dan menghampiri kakaknya.
"Bunda udah sarapan?" tanya Nareswara.