Nareswara dengan sigap membawa nenek itu ke IGD, bersama anak lelakinya yang bernama Ayi. Setelah nenek itu mendapatkan perawatan intensif, Nareswara memutuskan untuk kembali ke rumah Ella. Di sana ia mendapati Fatim yang sedang mengusap-usap Ella yang terlihat sudah tidak menangis, Sementara Nayaka terlihat sedang memainkan ponselnya.
Dia menaruh sekantung makanan kecil yang telah ia beli dari salah satu mini market kenamaan yang keberadaannya sangat mudah. Bahkan saking mudahnya, kau lebih mudah menemukan keberadaan mini market ini.
Ternyata, nenek itu hanya mengalami shock. Ayi masih menunggu ibunya di RS, menitip pesan pada Nareswara agar istrinya, si Fatum, segera ke sana.
“La, Teteh pergi dulu, ya. Lu enggak apa-apa ‘kan Teteh tinggal dulu?”
“Enggak pa-pa, Teh, tapi bocah gimana?”“
Mereka lagi pada maen PS di rumah si Marni. Entar sebelum gue jalan, entar gue ke rumahnya dulu buat nambah jam maennya, sekalian nitipin mereka ke si Marni,” ucap Fatum.
“Oh iya, Teteh mau naek apa ke sananya?”
“Ojek kali, ya,” ucap Fatum.
“Naik Gojek aja, Mbak. Entar aku pesenin,” tawar Nayaka.
“Oh, oleh-boleh. jadi enggak usah jalan ke depan dulu, ya."
Akhirnya, Fatum berangkat ke rumah sakit dengan memesan ojek online yang dipesan dan di-payment oleh Nayaka.Nareswara mengeluarkan semua kudapan yang ada di totebag berwarna biru, lalu menawarkannya pada Ella. Ella mengambil minuman rasa gula asam dan selembar roti rasa mentega klasik. Dengan sangat perlahan, ia lahap roti itu. Kabar yang tadi disampaikan, mengubahnya seperti orang yang tidak ramah.
“Mbak, kalo boleh tahu, Mbak saudaranya atau temannya, Mbak?”
“Teman bukan saudara.”
“Sudah berapa lama kenal?”
“Berapa, ya? Kira-kira setahun setengahlah.”
Nareswara dan Nayaka bersitatap. Ada setangkup rasa penasaran yang tak terucap. Apakah satu setengah tahun cukup untuk sehisteris itu ketika ditinggalkan? Seberapa dalam duka yang telah tergali?
“Awalnya kenal di event. Kita sama-sama jadi SPG salah satu produk minuman. Waktu itu, event musik cuma sehari waktu itu di Cibubur. Terus enggak lama, dapet calling-an lagi buat event di PRJ. Jadi, kalo kata promotor aku, dia tuh SPG premium. Hehe. Dia tuh cantik dan tinggi. Kulitnya putih mulus. Awalnya, suka heran kalo dia tuh orang mana, sih? Kayak bukan orang Indonesia. Kalo Kakak tahu orang Kazakhstan? Nah, dia tuh face-nya kayak gitu."
“Oh iya, aku pernah liat orang Kazakhstan,” ucap Nareswara.
“Nah, Alhamdulillah kita dapet lagi ‘kan di PRJ buat jaga stand mobil. Terus akhirnya, aku nyuruh dia buat nginep aja di rumah aku, daripada harus bolak balik Bogor-Jakarta.”
Ella menunduk, lalu menekan-nekan kedua matanya secara bergantian dengan lipatan tisu.
***
Pagi itu, Ella menunggu Kris di Stasiun Kampung Rambutan. Setelah tujuh menit menunggu di sebelah konter HP sebelah restoran Padang, akhirnya wanita berambut panjang itu keluar dari bus. Bak melihat seorang artis, kedatangan Kris mampu membuat frekuensi kedipan mata seorang pedagang asongan berkurang.
Tidak butuh waktu lama, hanya menerjang macet di beberapa titik saja, mereka akhirnya sampai di rumah Ella. Seorang nenek menyambut kedatangan mereka. Ella langsung mempersilakan Kris masuk dan membawa barang-barangnya ke dalam kamar. Setelah itu, Kris mandi, setelah itu mereka memesan bakso dan memakannya di kamar Ella.
Di kamar dengan cat berwarna cokelat oregano dan lantai yang ditempeli stiker menyerupai lantai kayu vinyl itu, mereka menikmati bakso. Lalu datang seorang anak berumur lima tahun, yang sudah wangi dengan baju tidur berwarna putih motif Bus Tayo.
“Nda, minta uang.”
“Nih,” ucap Ella sambil memberi uang lima ribu rupiah.
Anak itu berlalu malu-malu setelah dilempar senyum oleh Kris.
“Anak lu berapa tahun?”
“Lima tahun,” jawab Ella sambil menyendok bakso dan kuahnya yang berwarna merah marun, karena kombinasi kecap dan saus gembol kental.
“Namanya siapa?” tanya Kris.
“Asep,” jawab Ella singkat.
“Asep?” Kris mengulang, seolah tak percaya.
“Iya, Asep.”
“Serius lu?”
“Serius.”
“Ah, gue enggak percaya,” ucap Kris, ia menaruh sendok, lalu berlalu ke luar. Ia melihat kumpulan anak kecil yang sedang merubung pedagang cilor.