“Enggak ada, Mas.”
Nareswara menghela napas penuh kelegaan.
“Emang dia siapa?”
“Ayah saya, dia anggota DPR juga.”
“Ya enggak semua anggota DPR ke situ, kok, Mas. Hehe, tapi beneran selama seminggu saya ke sana, enggak ada ayahnya Mas.”
***
Di mansion itu terdapat helipad. Big Boss datang dan pergi menggunakan helikopter. Tak hanya Big Boss, beberapa tamu besar juga ada yang datang menggunakan helikopter. Banyak bodyguard yang menjaga ketika si Big Boss datang. Dia memiliki ruangan sendiri yang khusus di sebuah bangunan yang terpisah jauh dari deretan bangunan yang ada di mansion. Yang menarik dari bangunan mansion ini adalah taman yang ada di tengah, dan itu dikelilingi oleh balkon yang berpusat pada satu air mancur bergaya Eropa pada abad pertengahan.
***
Malam itu, milik mereka. Segala rupa kenikmatan dunia tersaji bersama wine-wine mahal berderet indah, wanita-wanita merelakan dirinya, kelap-kelip cahaya kembang api berpendar ke atas pekatnya langit. Mereka bertemu hanya untuk bertukar liur dan pelbagai lendir lainnya. Di sini, di tempat di mana transaksi antara kebijakan dan kenikmatan. Uang dilempar ke sana-kemari seperti tak ada arti. Halal atau haram tak jadi soal, karena semua hanya soal kepentingan. Bintang malam mengamati sambil sesekali mengerlingkan cahayanya.
***