99

Dianikramer
Chapter #20

DUA PULUH

“Masalahnya ‘kan Om gue hasutin keluarga gue. Dia Jelek-jelekin gue duluan, sebelum gue bongkar kejelekan dia, sebelum gue jelekin dia,” terang Kris. 

“Oh iya. Udah kebaca, sih, orang kayak gitu, tapi lu udah hebat banget bisa bertahan sampe sejauh ini.”

***

Pada siang yang cerah itu, tiba-tiba terdengar suara tangisan dari si Asep. Asep digiring oleh seorang ibu-ibu yang mengeluh, jika kaca hias yang ada di rumahnya pecah karena tersenggol oleh si Asep. Ella langsung mengganti rugi. Akhirnya, ibu itu kembali ke rumah setelah mendapat ganti rugi. Setelah mengetahui orang yang mengadu itu pulang, si Ella langsung menghampiri Asep. Dengan penuh emosi yang menyulut, Ella memukuli Asep berkali-kali. Satu pukulan untuk kesalahan Asep, pukulan-pukulan lainnya untuk rasa kesal pada kehidupan, beban sebagai ibu muda, beban sebagai single mother, dan beban-beban lainnya. Semua ia bahasakan dengan pukulan. Kris yang baru saja selesai mandi, langsung menghalau tangan Ella.

“La, istigfar! Udah, La!”

Ella makin beringas.

“Ella!” Kris menyentak. 

Kris langsung menarik tangan Asep, lalu ia mengajak Asep keluar untuk ke mini market. Di sana, Asep dibelikan satu buah cokelat, keripik dalam stoples kardus lolipop, serta minuman bermoncong pinguin. Tak lupa, Kris pun membelikan kudapan untuk Zayyan.

Pukul 20.00

Mata Asep bengkak gara-gara sedari tadi menangis. Setelah pulang dari mini market, dia duduk dengan Kris sambil bermain mobil-mobilan. Setelah duduk selama tiga puluh lima menit, sepertinya Asep mulai mengantuk. Sampai malam ini dia belum berani menghampiri ibunya.

“Asep ngantuk?” tanya Kris.

“Iya,” jawabnya sambil mengucek mata. 

“Ya udah, tidur sama tante, ya?” tawar Kris 

“Enggak mau, Asep pengin tidur sama Emak,” jawabnya. 


Akhirnya, Asep tertidur pulas di kamar emak. Kamar Emak adalah kamar yang paling nyaman sedunia. Cahaya remang, wangi kulit nenek-nenek, di temboknya tertera poster selawat. Tak lupa, selalu ada tempat beras yang ditaruh di samping ranjang. Saking nyamannya, tak jarang Kris juga tidur dengan emak. Ia sering tidur sambil memeluk Emak.

Kris menghampiri Ella yang sedang menonton televisi di kamarnya.

“Lo jangan pukulin si Asep lagi, ya. Kasihan.”

“Iya,” jawab Ella penuh rasa sesal bersemburat pada wajahnya.

“Lo percaya enggak? Gue bisa dengan mudahnya lupa sama kejadian yang udah lewat. Tapi gue enggak pernah bisa lupa ingatan gue saat masih jadi anak kecil. Yang terekam jelas adalah ketika ayah gue sangat menyayangi gue dan ketika gue ingat ibu gue, gue ingat cacian dan makian dari dia. Bahkan, gue bisa inget, sesingkat apa pun kata-katanya. Pokoknya, kalau lu berani pukulin Asep lagi, lo berhadapan dengan gue,” ancam Kris. 

Ella menganggukkan kepalanya penuh dengan rasa menyesal. Lalu Kris tiduran di kasur milik Ella. Kris merebahkan tubuhnya ke hamparan kasur sambil memegang ponsel dan memainkannya. Tiba-tiba, dia teriak dan loncat-loncat.

“Kenapa, sih, lu enggak jelas banget? Dapet judi lu?” tanya Ella kesal, karena tiba-tiba Kris mengagetkannya. 

“Ini lihat,” ucap Kris sambil menggigit lengan Ella. 

Lihat selengkapnya