PAGI ini, Fabian menjemput Lula untuk pergi ke kampus bersama. Mereka kuliah di kampus yang sama dan sekelas. Karna itulah, mereka selalu menghabiskan waktu bersama, seperti pasangan yang tak terpisahkan.
Di kelas, Lula duduk di sebelah Fabian. Cowok itu sibuk menyimak apa yang dosen terangkan di depan kelas, sedangkan Lula sibuk menatap cowok itu.
Lula tidak peduli dengan penjelasan dosen karna baginya, wajah Fabian-lah yang lebih menarik. Saat Fabian menoleh, Lula hanya tersenyum, tapi ia tidak berniat untuk memalingkan pandangannya.
“Sayang, mau sampai kapan kamu lihatin aku terus?” bisik Fabian sambil terus menyimak penjelasan dosen.
“Kenapa? Nggak boleh aku lihatin pacar sendiri?” jawab Lula pelan.
“Bukan nggak boleh, nanti kamu bosan, terus ninggalin aku,” canda Fabian.
“Siapa bilang?! Aku terlalu sayang sama... kamu.” Lula membeku karna semua mata tiba-tiba mengarah padanya.
Ah, Lula lupa, tadi ia berteriak, bukannya berbisik.
“Maaf ...,” katanya sambil menunduk malu.
Fabian tertawa geli dengan ulah pacarnya itu.
Pelajaran pun dilanjutkan.
“Ihh... kamu jahat ngetawain aku.” Lula membuang muka, kesal.
“Nggak mau natap aku lagi?” goda Fabian.
“Bodo.” Lula yang kesal itu memilih fokus ke depan, sekalipun pikirannya melayang jauh.
Sadar atau tidak, Lula merasa seperti dejavu. Penjelasan sang dosen sepertinya pernah ia dengar sebelumnya. Ah, ini aneh. Membuat kepalanya pusing. Rasanya ia melupakan sesuatu yang penting, entah apa.
--- ooo ---
LULA menarik nafas lega ketika dosen mengakhiri mata kuliah pagi itu. Lula ingin segera mengajak Fabian pergi ketika seorang cewek mendekati mereka.
“Fabian, elo ada waktu nggak? Ada yang mau gue omongin,” ujar cewek itu.
“Ada perlu apa lo sama cowok gue?” tanya Lula ketus. Ia bahkan sengaja berdiri di depan Fabian untuk menghalangi pandangan cewek itu menatap pacarnya. Lula harus mengantisipasi agar mimpinya tidak menjadi kenyataan. Ia tidak mau Fabian direbut oleh siapapun.
Cewek itu terlihat bingung dengan ulah Lula. “Ah ... itu ... kalau Fabian lagi sibuk sama lo, gue ngomongnya nanti aja.”
“Ngomong aja sekarang! Apa ada sesuatu yang elo sembunyiin dari gue?” tanya Lula lagi yang terdengar seperti menuduh.
“Hahaa ....” Fabian tertawa sambil menarik tangan Lula mundur. “Maksud Lula, ada perlu apa elo nyari gue?”
“Sebenarnya gue mau nanya soal Ale.” Cewek itu kelihatan gugup menyebut nama Ale. “Dari kemarin gue nggak lihat dia di kampus. Kalian kan temenan, makanya gue mau nanya sama lo. Apa terjadi sesuatu sama Ale?”
“Oh ... itu... Nyokap Ale masuk rumah sakit. Karna harus jagain nyokapnya, makanya dia absen ke kampus.”
“Gitu ya? Ya udah, makasih Fabian infonya. Maaf La, gue ganggu kalian. Permisi.” Cewek itu berlalu pergi.
Fabian mengalihkan pandangannya pada Lula yang sejak tadi memasang wajah ketus. “Sayang, kamu nggak lagi cemburu kan?”