99 DAYS

Raya Mipi
Chapter #10

CINCIN PASANGAN

HARI ini, Fabian mengajak Lula ke toko perhiasan di sebuah Mall. Mereka ingin membeli cincin pasangan. Lula dan Fabian melirik cincin-cincin cantik yang berjajar di rak etalase kaca. Lula mencoba beberapa cincin yang terlihat bagus, lalu memutuskan untuk membeli sebuah cincin yang terlihat cocok di jarinya.

Ponsel Lula berdering. Ada panggilan masuk dari "KAK NALA".

"Sayang, aku terima telpon bentar ya," kata Lula pada Fabian.

Fabian mengangguk.

Lula berjalan keluar toko sambil menerima telepon itu.

"Hallo kak ...."

"Kamu beneran mau nikah?" tanya Nala, kakak kandung Lula yang saat ini berada di luar negeri bersama orangtua mereka.

"Iya. Kan aku udah bilang sama mama dan papa di telpon kemarin."

Sekalipun orangtuanya terkejut mendengar rencana pernikahan Lula yang terburu-buru ini, tapi mereka tetap mendukung apa pun keputusan Lula selama putri bungsu mereka itu bahagia.

"Kamu jangan bercanda! Pernikahan bukan main-main! Apa kamu lupa, kamu janji akan lanjutin S2 di sini?" tanya Nala lagi, yang seolah keberatan dengan keputusan yang diambil adiknya itu.

Ah, Lula hampir lupa. Dulu, maksudnya, di masa lalu sebelumnya, Nala lah yang membuat Lula pindah keluar negeri untuk melanjutkan pendidikannya dan terpaksa meninggalkan Fabian, sekaligus mengakhiri hubungan mereka.

"Kak, aku masih bisa lanjut kuliah walaupun udah nikah," kata Lula memberi alasan.

"Kakak ragu apa kamu bisa fokus. Kamu tahu kan, mama papa berharap lebih sama kamu, makanya mereka biarin kamu tinggal sendiri di sana. Jangan kecewakan mereka."

"Aku tahu kok, kakak nggak perlu khawatir."

"Bagus kalau kamu ngerti. Pikirkan lagi tentang pernikahan itu. Jika kamu berubah pikiran, langsung telpon kakak!"

"Iya, kak."

Panggilan itu pun berakhir.

Lula menghela nafas berat. Jika berurusan dengan kakaknya, ia selalu merasa terbebani. Dibandingkan orangtuanya, kakaknya lebih sulit dimengerti.

Ah, Lula tidak mau ambil pusing. Yang penting sekarang, ia harus menghabiskan banyak waktu bersama Fabian.

Lula baru saja ingin masuk kembali ke dalam toko, tapi langkahnya tertahan karna melihat sebuah bayangan di kejauhan. Matanya terbelalak tak percaya, siapa yang barusan ia lihat. Seseorang yang ia benci kehadirannya.

"Teresa," gumam Lula terkejut. Meskipun hanya pernah bertemu Teresa sekali, tapi Lula tidak mungkin melupakan wajah cewek yang sudah merebut Fabian darinya.

Tanpa sadar, Lula berlari mengejar. Fabian yang baru selesai membayar cincin terkejut melihat Lula yang tadi terlihat di depan toko sudah menghilang. Fabian mencari Lula di sekitar situ sambil menenteng kantong belanja berisi kotak cincin

Sementara itu, Lula turun ke lantai bawah menggunakan eskalator sambil berlari kecil karna tadi ia melihat Teresa lebih dulu turun. Apes, Lula kehilangan jejak Teresa karna Mall itu cukup ramai pengunjung.

Ini aneh! Pikir Lula. Harusnya ia bertemu Teresa pertama kali itu empat tahun kemudian. Tapi, kenapa cewek itu tiba-tiba muncul sekarang?

Hm, apa Lula salah lihat? Lula meragukan ingatannya sendiri. Mungkin saja tadi Lula hanya salah mengenali orang. Iya, mungkin begitu. Tapi jika dipikir lagi, kenapa Lula harus mengejar Teresa? Bukankah ia harus menghindari cewek itu? Lula harus memastikan Fabian dan Teresa tidak pernah bertemu di masa sekarang.

"Sayang, aku cariin dari tadi. Kok kamu ada di sini?" tanya Fabian yang berhasil menyusul Lula.

"Oh ... itu ... tadi aku kayak lihat orang yang aku kenal, makanya aku ikutin, ternyata bukan," kata Lula jujur tanpa perlu menyebut nama Teresa.

Lihat selengkapnya