99 DAYS

Raya Mipi
Chapter #15

HARI KECELAKAAN

LULA bangun kesiangan. Gara-gara memikirkan kecelakaan itu, ia jadi susah tidur semalaman. Padahal Lula punya misi hari ini, ia akan menyelamatkan Ale dan Rani, apa pun caranya.

Lula menuruni anak tangga dengan tergesa karna ia harus bergegas ke kampus sebelum sesuatu terjadi.

Di anak tangga terakhir, Lula dihampiri oleh pembokapnya sambil menyodorkan sebuah paket. "Non, ada kiriman dari Non Nala."

"Taruh aja di kamar Mbok, saya lagi buru-buru." Lula berlari kecil menuju mobilnya yang terparkir di luar.

Tidak butuh waktu lama, Lula akhirnya sampai di kampus. Tempat pertama yang dituju Lula adalah kelasnya Ale dan Rani.

Kosong! Tidak ada satu pun manusia di kelas itu. Apa kelas mereka sudah selesai? Secepat itu? Lalu, kemana Ale dan Rani? Lula mendadak panik, ia takut sekali jika tidak bisa menyelamatkan mereka.

Lula pun mencari mereka di area kampus, tapi tiba-tiba Azka muncul, menghadang jalannya.

"Mau kemana Nona Lula?" tanya malaikat itu.

"Gue mau nyariin Ale sama Rani. Minggir lo!" Lula mengibaskan tangannya, mengusir Azka, tapi malaikat itu tidak menyingkir sama sekali.

"Jika kamu berniat menyelamatkan mereka, hentikan sekarang juga!"

"Lo gila ya, masa gue diam aja saat tahu kalau sahabat gue bakal kecelakaan dan meninggal."

"Itu sudah digariskan, itu sudah menjadi takdir mereka."

"Pasti ada cara, gue yakin." Lula melewati Azka begitu saja, tapi baru beberapa langkah, malaikat itu kembali menghalangi jalannya.

"Lebih baik urus dirimu sendiri, waktumu tidak banyak, jangan mencampuri urusan orang lain."

"Harusnya gue yang ngomong gitu sama lo, jangan ikut campur urusan gue!"

"Dasar manusia, susah sekali dinasehati!"

"Gue nggak butuh nasehat dari lo. Cukup jauh-jauh dari gue."

"Oke. Tapi ingat, setiap apa pun itu, ada konsekuensinya. Kamu pasti akan menyesal."

"Nggak akan."

"Mari kita lihat dan tunggu," Azka bergumam sambil menatap punggung Lula yang berjalan menjauh. Ia sudah menyelesaikan tugasnya, memberi peringatan. Untuk hasil akhirnya, Lula yang menentukan.

Lula tidak peduli ocehan Azka, yang paling penting saat ini adalah menyelamatkan sahabatnya. Lula menanyai teman-temannya yang mungkin saja melihat mereka.

"Lo lihat Ale nggak?"

"Nggak lihat."

"Kalau Rani?"

"Nggak lihat juga."

Hampir setiap orang yang Lula tanyai memberi jawaban yang sama, mereka tidak melihat keduanya.

Oh iya, Lula baru ingat, kenapa ia tidak telpon saja. Karna panik, Lula tidak sempat menelepon. Lula membuka tasnya, mencari ponsel. Tapi setelah dicari dengan seksama, tidak ketemu. Jangan-jangan Lula lupa membawa ponsel.

Waduh! Lula ceroboh sekali disaat penting seperti ini.

Lula tidak punya pilihan lain, kecuali terus mencari mereka. Ia menyusuri koridor demi koridor, bahkan sampai naik ke lantai atas. Saat itu lah, dari lantai 2, Lula melihat Ale dan Rani tengah berjalan menuju parkiran kampus.

"Itu mereka." Dengan kecepatan penuh, Lula bergegas menghampiri mereka. "Ale!" panggil Lula, membuat Ale yang ingin masuk ke mobil mengurungkan niatnya.

Lihat selengkapnya