99 DAYS

Raya Mipi
Chapter #20

TETAPLAH DI SISIKU

JIKA bisa menggenggam tanganmu untuk selamanya, itu sudah cukup untukku. Aku tidak akan meminta apa-apa lagi pada Tuhan. Kamu adalah seluruh kebahagiaanku. Ujar Lula dalam hati sambil mengenggam tangan Fabian yang sedang berjalan bersamanya saat ini.

Lula tersenyum. Fabian balas sambil tersenyum. Akhir-akhir ini pacarnya sedikit berubah. Fabian merasa Lula menjadi orang yang berbeda. Seperti yang dibilangnya kemarin, Lula datang ke rumah Fabian, mengajaknya makan malam bersama, lalu mereka berakhir menonton sebuah film di rumah. Lula tidak mengizinkan Fabian untuk pergi keluar.

Meskipun batal menonton bioskop, tapi Fabian tetap bahagia karna bisa menghabiskan waktu bersama pacarnya itu. Apa pun yang diinginkan Lula, Fabian tidak keberatan mengikutinya.

Bukankah sebuah hubungan bisa berjalan lancar jika kedua pasangan bisa mengimbangi satu sama lain?

Pagi ini, Lula juga melakukan sesuatu yang berbeda dari biasanya. Pacarnya itu datang ke rumah, menjemputnya agar mereka bisa pergi ke kampus bersama.

"Aku mau jemput kamu. Boleh dong sekali-kali aku yang jemput." Begitu jawab Lula saat Fabian heran dengan kemunculannya.

Ini baru pertama kali Lula menjemput Fabian ke kampus. Dulu, Fabian yang selalu datang menjemput Lula jika pacarnya itu sedang malas membawa mobil.

Setelah tiba di kampus, hal pertama yang dilakukan Lula adalah menggenggam tangan Fabian. Ia tidak melepaskannya barang sedetik pun, bahkan setelah mereka sampai di kelas. Lula ingin menjaga Fabian tetap aman di sisinya, ia tidak akan membiarkan malaikat maut atau siapa pun mengambil cowok itu darinya.

Selama kelas berlangsung, mata Lula selalu tertuju pada Fabian. Ia terus mengawasi cowok itu. Siapa tahu ada yang berusaha melukainya. Lula merasa semua tempat di dunia ini tidak aman lagi, ia harus tetap waspada, sekalipun mereka berada di kelas.

Lula kembali menggenggam tangan Fabian begitu kelas usai. Ia mengikuti cowok itu kemana pun. Mungkin kelihatannya Lula seperti pacar yang posesif, tapi jika di posisi Lula, kalian mungkin akan melakukan hal yang sama.

Saat Fabian pergi ke toilet, Lula menunggu di depan toilet.

"Udah selesai kan? Yuk pergi!" ajak Lula sambil menjulurkan tangannya.

Tapi, bukannya menyambut uluran tangan itu, Fabian malah melontarkan sebuah pertanyaan.

"Apa kamu nyembunyiin sesuatu dari aku?"

"Kok kamu nanya gitu?"

"Aku ngerasa hari ini kamu agak aneh. Perhatian kamu agak berlebihan."

"Aku kan pacar kamu. Masa aku nggak boleh kasih perhatian lebih ke pacar aku sendiri."

"Tapi ...."

"Tapi apa? Apa kamu mau aku cuek dan nggak peduliin kamu? Mau aku kayak gitu?"

Fabian menggeleng langsung. "Nggak." Ia tidak pernah membayangkan jika Lula berpaling darinya.

"Nggak mau kan? Makanya, jangan jauh-jauh dari aku."

"Iya Sayang."

"Yuk pergi." Lula menjulurkan tangannya lagi yang lalu disambut oleh pacarnya itu.

BYUSTT...

Hanya dalam satu hentakan, tangan itu terlepas. Ale yang baru saja berjalan di tengah mereka membuat Lula harus mundur selangkah.

"Kalian berdua pacaran mulu, di tempat sepi lagi. Ntar orang ketiganya setan loh," canda Ale.

Lula kesal karna diganggu. "Dan lo setannya!"

"Santai La, jangan emosi gitu. Gue ke sini karna ada perlu sama Fabian."

"Lo nyari gue, kenapa?"

"Masa lo lupa sih, kita kan mau nongkrong sama anak-anak ngebahas soal itu tuh."

"Soal apa?" tanya Lula kepo.

"Urusan cowok, cewek nggak perlu tahu."

"Sayang ... aku tinggal bentar ya?" kata Fabian pada Lula.

"Aku ikut."

"Nggak bisa, di sana cowok semua."

"Aku pengen ikut. Aku nggak akan ganggu kamu kok asal dibolehin ikut."

Lihat selengkapnya