"LULA!" panggil Fabian sambil melambai pada Lula yang baru saja muncul di pintu kelas.
Fabian memberi kode agar Lula duduk di bangku kosong di sebelahnya, bangku khusus yang sejak tadi dijaga oleh Fabian agar tidak ada yang menempatinya, kecuali cewek itu. Tapi Lula tidak menghiraukan Fabian, ia terus berjalan ke belakang dan duduk di sana. Lula terlihat tidak bersemangat, banyak hal yang dia pikirkan.
"Apa Lula nggak dengar pas gue panggil tadi?" gumam Fabian yang merasa aneh dengan sikap cewek itu.
Fabian bersiap memanggil Lula sekali lagi, tapi dosen yang mengajar di kelasnya keburu masuk. Membuat Fabian mau tidak mau harus duduk sendiri, tanpa Lula.
Pelajaran terasa membosankan jika tidak ada Lula di sampingnya. Lula-lah yang selama ini membuat Fabian bersemangat datang ke kampus.
Dosen mengakhiri kelas dengan sebuah tugas yang harus dikumpul minggu depan. Fabian tidak sabar ingin mendiskusikan tugas itu dengan Lula, tapi cewek itu keburu menghilang di antara mahasiswa mahasiswi yang berhamburan keluar kelas.
Fabian mencari Lula ke sana kemari karna cewek itu tidak mau menjawab teleponnya atau pun membalas chat-nya. Ia jadi merasa kehilangan Lula atau cewek itu sengaja menghilang?
Untunglah Fabian berhasil menemukan Lula. Cewek itu sedang mengobrol dengan Ale dan Jeni. Fabian langsung menghampiri mereka.
Saat melihat Fabian mendekat, Lula buru-buru ingin pergi dari situ, tapi Fabian berhasil menahan tangannya.
"Sayang, kamu mau ke mana?"
"Aku ada urusan, aku pergi dulu."
"Urusan apa? Sama siapa? Kita semua ada di sini loh."
"Hm ... aku ada urusan sama ... Karin." Lula menunjuk Karin yang secara kebetulan melewati mereka. "Karin, tunggu!"
Lula berlari kecil menghampiri Karin, lalu menggandeng tangannya dan mengajaknya pergi dari situ.
"Kita mau kemana La?" tanya Karin bingung.
"Udah, ikut aja."
Setelah berbelok di ujung koridor, Lula melepaskan tangan Karin. Membuat cewek itu memandangnya aneh.
"Lo kenapa La?
"Gapapa, lo lanjut aja kerjaan lo."
"Aneh lo!" ujar Karin sedikit kesal, lalu pergi.
Lula menarik nafas lega, ia berhasil menjauh dari Fabian. Semua itu ia lakukan untuk menuruti perkataan Azka. Lula harus menjauh dari Fabian agar cowok itu terhindar dari bahaya.
Lula berusaha keras menghindari Fabian sampai kelas terakhir selesai. Ia bergegas ke tempat parkir agar tidak perlu berpapasan dengan Fabian, tapi cowok itu berhasil menyusulnya.
"Kamu mau ke mana lagi?"
"Pulang."
"Kenapa buru-buru? Kita belum ngobrol dari tadi pagi. Aku mau ngajak kamu makan dulu sebelum pulang."
"Lain kali aja ya, aku sibuk hari ini."
"Sibuk apa?"
"Pokoknya sibuk deh."
"Iya, sibuk apa?"
"Kamu nggak perlu tahu! Nggak semua hal harus aku kasih tahu ke kamu!" nada suara Lula meninggi.
Fabian terdiam.
Maaf, Fabian. Kata Lula dalam hati.
"Kenapa kamu berubah?" tanya Fabian dengan wajah sedih.
"Berubah gimana?"
"Kemarin kamu nggak bisa jauh-jauh dari aku. Tapi hari ini, kamu seakan menjauh dari aku."