KABAR Lula sudah bangun dari koma menyebar dengan cepat. Jeni yang pertama kali datang menjenguk Lula ke rumah sakit. Disusul Ale, Rani dan Karin. Mereka semua sangat bahagia karna masih diberi kesempatan untuk bertemu dengan Lula lagi.
Sebaliknya, Lula juga merasa sangat bahagia melihat Ale dan Rani ada di depannya saat ini. Entah kenapa, ia sangat merindukan mereka.
"Kalian berdua udah nikah?" tanya Lula terkejut melihat cincin dengan ukiran yang sama di jari manis Ale dan Rani.
"Iya. Masa lo lupa sih, tahun lalu kan gue undang lo ke nikahan gue. Tapi, lo nggak bisa datang karna sibuk di luar negeri," jelas Ale memberitahu soal pernikahannya.
"Ale waktu itu kecewa banget karna lo nggak datang, tapi dia langsung senang pas lo kasih tiket bulan madu gratis ke London," tambah Rani. Ia masih mengingat wajah sedih Ale karna Lula, sahabat baiknya tidak bisa datang di hari bahagianya.
Dengar itu, sebuah kenangan muncul di ingatan Lula saat Ale menelponnya dan mengundangnya ke pesta pernikahan. Karna tidak bisa datang, Lula menebusnya dengan menghadiahkan tiket bulan madu ke London untuk mereka.
"Oh iya ya, gue hampir lupa," kata Lula yang merasa aneh, kenapa ia sampai melupakan sesuatu yang penting seperti itu.
"Tapi La, lo nggak lupa kan tentang janji kita. Gue udah nepatin janji gue loh," timpal Karin. Ia sempat merasa bersalah karna Lula mengalami kecelakaan, tapi untunglah sekarang cewek itu baik-baik saja.
"Janji? Janji apa?" tanya Lula bingung.
"Emang kalian punya janji apa? Gue jadi penasaran," timpal Jeni karna agak mencurigakan Lula membuat janji dengan Karin tanpa sepengetahuannya.
"Coba lo ingat lagi, La. Karna lo pernah bilang, kalau lo sampai lupa, gue harus ingatin lo dan jangan cerita ke siapa pun."
"Wah, kalian berdua main rahasiaan sama gue." Jeni tidak terima karna merasa Lula menduakannya sebagai sahabat.
Janji? Lula mencoba mengingat. Ah, Lula ingat sekarang. Di hari kecelakaan, Karin muncul untuk menepati janjinya.
"Gue ingat kok. Makasih lo udah belain datang nemuin gue."
"Iya. Gue kan orang yang selalu nepatin janji."
"La, serius, kalian janji apa sih? Gue makin penasaran nih."
"Gimana jelasinnya, gue juga bingung kenapa dulu gue sampai bikin janji kayak gitu sama Karin."
Sejak terbangun dari koma, Lula merasa ada sesuatu yang luar biasa sudah terjadi, tapi ia tidak bisa mengingat begitu jelas. Apa karna efek kecelakaan itu?
Ya, mungkin saja.
--- ooo ---
LULA bosan di kamar. Untuk itu, Jeni membawanya berkeliling taman rumah sakit sambil mendorong kursi roda. Karna kondisinya masih lemah, Lula harus menggunakan kursi roda untuk beraktivitas.
Langkah Jeni terhenti ketika kursi roda Lula yang didorongnya tidak mau bergerak maju.
"Kok berhenti Jen?"
"Kursi roda lo tiba-tiba nggak bisa digerakkin"
"Apa gue jalan aja?"
"Jangan, lo kan masih sakit. Bentar, gue coba lagi."
Jeni mendorong lebih keras, tapi tidak bergerak sama sekali.
"Butuh bantuan?" tanya sebuah suara.