Langkah cepat seorang gadis kecil memecah genangan air yang mulai membasahi jalanan berbatu diujung jalan menuju arah bukit. Hujan yang begitu deras di awal bulan Desember memaksanya untuk berteduh di sebuah rumah tua yang sudah tak berpenghuni. Awan gelap seakan menyelimuti seluruh langit jingga yang mulai menyembunyikan sang mentari. Dingin terasa menusuk tubuh kecilnya yang masih terbalut seragam merah putih yang basah terguyur hujan. Giginya yang rapi dengan satu gingsul bergemeletuk karena menggigil sambil memeluk tas sekolahnya yang basah.
Karenina, gadis berusia 12 tahun itu sudah mulai gelisah karena sudah dua setengah jam dia berada di tempat yang sama. Bibir mungilnya mendengus pelan setelah melihat payung kecil yang dibawanya rusak karena tak mampu melawan terpaan badai angin dan hujan yang begitu derasnya. Dia mulai berfikir sang nenek akan mengkhawatirkannya karena hari hampir gelap dan dia belum sampai rumah.
Lamunannya terhenti ketika matanya yang bulat mulai tertuju pada seorang anak lelaki yang terburu-buru mengayuh sepedanya dari atas bukit di dekat tempat ia berteduh.
BRAKKK......
Sepeda yang dikayuh lelaki muda itu jatuh terperosok ke selokan kecil yang tertutup aliran air dari atas bukit. Karenina yang berada tak jauh dari tempat si lelaki jatuh sontak berlari melawan hujan mendekat dan memapah lelaki itu ke tempat ia berteduh.