“Duh, ribet.” Yuca mengacak rambutnya. Kentang goreng berlumur saus di depannya hanya ia liati. “Aku kenapa salah nuang saus sih?!”
“Sini saya yang makan, Ka,” ucap Terra sambil menarik piring berisi kentang goreng milik Yuca.
“Big thanks, Honey-cuuuu.”
Terra mulai memasukkan potongan kentang pertama ke mulutnya. Allahu Akbar! Ia mendesis. Pedas luar biasa. Bahkan sebotol air sudah habis ia minum, tapi sensasi pedas di lidahnya tak kunjung hilang.
“Pakai sambal super pedas, ya? Tukar dengan punya gue aja.”
Rasa pedas di lidah Terra hilang selama beberapa detik karena kaget. Kentang goreng di depannya sudah ditukar dengan kentang goreng tanpa saus milik Windu.
“Oh, jazakallaahu khoir.”
“Nope.” Windu tersenyum singkat sebelum meninggalkan meja Terra dan Yuca.
Selama sekian detik, Terra termenung. Senyum Windu hari ini berbeda dari sebelumnya-sebelumnya. Terlalu dipaksakan. Pias. Seakan ada beban berat yang tengah ia sembunyikan. Dan entah firasat dari mana, Terra tiba-tiba teringat pada Dasa.
Ya Allah. Semoga firasat saya salah. Semoga Dasa baik-baik saja, batin Terra.
“Ter? Pedasnya udah ilang? Kok bengong?”
Pertanyaan Yuca menyentak Terra. Namun, belum sempat Terra menjawab, Yuca sudah bicara lagi. "Oh iya, aku penasaran, tadi kamu ngurus apaan?"
“Saya mengurus surat pindah, Ka.”
“What?!” Mata Yuca membulat. "Kamu mau pindah sekolah? Kok tiba-tiba, Ter?”