A Blessing in Disguise

Bambang
Chapter #31

Berkat yang Menyamar

Two Years Later ....

Memasuki musim gugur, waktu mulai menyapa daun-daun hingga mereka berubah warna, merah atau kekuningan. Lalu bergerak bersama angin untuk mengugurkan daun-daun itu, menyentuh jalanan yang mulai dingin, dan menyulapnya menjadi permadani yang indah.

Tak peduli pada waktu ataupun angin dingin yang menyertainya, seorang gadis membelah permadani itu dengan sepedanya. Sesekali ia menyapa orang-orang yang duduk—menikmati cappuchino—di kursi-kursi tepian sungai. Kerudung panjang dan gamisnya yang tersentuh angin bergerak mengikuti ritme musik yang mengalun dari salah satu rumah.

Musim gugur di Leiden tahun ini datang lebih cepat dari biasanya.

Gadis itu segera turun dari sepeda setelah berhenti di depan sebuah rumah tingkat dua. Ia tak sabar ingin melihat pemandangan musim gugur pertama tahun ini dari balkon kamarnya.

Anak-anak tetangganya mulai keluar rumah, mengumpulkan daun yang berguguran, lalu mereka tertawa hangat tanpa alasan. Leiden kota yang lumayan sepi, tapi sangat indah.

Gadis itu berniat mengabadikan keceriaan anak-anak di bawah sana dengan kamera ponselnya. Sayang, panggilan di ponselnya membuyarkan niatnya.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikum salam, Ter. Lo ke mana aja baru angkat telpon?"

"Saya baru pulang, Kak. Tadi dari toko kue, bantu-bantu Umi sama pegawai di sana. Ada apa, Kak?"

"Gue barusan kirim email. Buka, Ter."

"Tumben Kak Faris kirim email? Kenapa tidak kirim lewat WA atau Line saja, Kak?"

"Duh, pesan gue panjang bener dah. Jempol gue sampe kriting ngetiknya. Buka gih sebelum kedaluwarsa." Faris tertawa di ujung kalimatnya.

Terra segera membuka aplikasi G-Mail-nya setelah Faris mematikan telepon.

*

Assalamu'alaikum.

Maaf baru kirim kabar. Itupun kalau lo mau tau kabar gue. Tapi, gue kayaknya nggak tau malu, soalnya gue mau ngasih tau lo kabar gue.

*

Suara musik dari rumah tetangga mulai terdengar, dan anak-anak di bawah sana berteriak mengikuti lagu. Bukan hanya daun yang berguguran, tapi tanya-tanya yang selama ini tumbuh dalam kepala Terra juga ikut berguguran, ketika bibirnya tak sengaja mengucapkan satu nama yang pemiliknya selalu ia tunggu untuk memberi kabar secara langsung padanya.

"Dasa?"

*

Lihat selengkapnya